Review Victory: Bukan Cuma tentang Dance dan Koreografi
Film serta drama Korea (drakor) dengan tema masa muda tidak pernah ketinggalan untuk menyapa penontonnya setiap tahun. Tema tersebut rupanya mampu memberikan hiburan sekaligus nostalgia bagi orang-orang yang sudah melewati bangku sekolah hingga kuliah.
Kegiatan klub pemandu sorak menjadi salah satu tema cerita masa muda yang telah beberapa kali diangkat menjadi film ataupun drakor. Perjuangan tim serta penampilan yang penuh semangat menjadi daya tarik utamanya. Terbaru, sebuah film yang berjudul Victory juga turut mengangkat tema di atas tadi.
Film Victory sendiri akan berpusat pada Pil Sun (Lee Hye-ri), seorang siswi SMA dengan ambisi besar untuk menjadi penari. Tinggal di desa kecil bernama Geoje, Pil Sun merasa tak puas dengan lingkungannya. Bersama sahabatnya, Mi Na (Park Se-wan), mereka bertekad untuk membentuk klub pemandu sorak bernama The Millenium Girls di sekolah mereka.
Dengan semangat yang membara, mereka lalu mengajak teman-teman sekelasnya untuk bergabung. Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi berbagai rintangan, mulai dari kurangnya dukungan dari guru hingga persaingan dengan klub lain. Konflik internal pun muncul di antara anggota tim yang nantinya akan makin menguji kekuatan persahabatan mereka. Lantas, berhasilkah Pil Sun dan Mi Na mewujudkan impian mereka?
Well, pemandu sorak rupanya bukan hanya sekadar tema dan background dari film ini, melainkan menjadi aspek paling proporsional di hampir keseluruhan durasi yang justru berhasil menjadi kekuatan tersendiri bagi film ini. Seluruh adegan per adegan dibangun dengan memakai rasa yang begitu hidup, hangat, serta ceria berkat beberapa komponen penunjang, seperti tari-tarian dengan koreografi yang epic sehingga dijamin mampu memancing perhatian para penonton berusia muda.
Selain itu, film ini juga menampilkan banyak sekali jokes yang mulus dan tepat sasaran. Segala aspek yang tersaji tadi sudah cukup mumpuni dalam hal membangun emosi yang meluap-luap dari para penontonnya. Itu semua coba dibuktikan sedari adegan pembukanya yang mampu memancing rasa penasaran penonton, mulai dari narasinya yang coba menyatukan unsur dance, komedi, musik, dan drama persahabatan yang cukup kuat dan powerful.
Ya, film ini bukan cuma tentang dance dan koreografi. Victory juga turut menggambarkan betapa kuatnya persahabatan yang diciptakan dalam sebuah kelompok kegiatan dengan frekuensi yang sama-sama dimiliki oleh tiap karakternya. Belum lagi secara teknis film ini juga sangat efektif dalam menyuguhkan visual yang cantik serta variatif. Lihatlah angle-angle kamera yang on point yang jarang digunakan dalam film bergenre sejenis belakangan ini.
Namun, masih ada beberapa kelemahan yang dijumpai di film ini. Babak ketiganya bisa dikatakan terlalu tancap gas. Kita serasa tidak terlalu diperlihatkan proses serta progres yang dilalui oleh para protagonis kita untuk mencapai impian mereka. Ditambah, beberapa subplotnya juga terlalu bergerak ke luar jalur.
Namun begitu, beberapa poin minor di atas dijamin tidak akan terlalu mengganggu kenikmatan kita saat menonton film ini. Sejak menit pembuka hingga ending, Victory mampu menghipnotis penonton untuk terus menghadap ke layar karena setiap sekuens akan memberikan rasa penasaran serta kejutan kepada sobat nonton.