Loading your location

Review Air Mata di Ujung Sajadah 2: Sajikan Dramatisasi yang Menguras Emosi

By Ekowi26 Oktober 2025

Setelah film pertamanya berhasil mengumpulkan lebih dari 3 juta penonton, Air Mata di Ujung Sajadah akhirnya memiliki sekuel. Selain Key Mangunsong yang kembali duduk di kursi sutradara, film ini juga akan membawa kembali jajaran pemain lamanya, seperti Titi Kamal, Citra Kirana, hingga Jenny Rachman. Sementara itu, Daffa Wardana hadir sebagai pemain baru.

Melanjutkan kisah dari film sebelumnya, sekuel ini akan kembali berfokus pada perjuangan Aqilla (Titi Kamal) yang harus hidup terpisah dari anak kandungnya, Baskara (Faqih Alaydrus), yang diadopsi oleh pasangan Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana) di Kota Solo. Selama ini, ia hanya bisa memantau pertumbuhan sang anak dari jauh lewat media sosial Yumna. 

Namun, ketenangan itu sirna ketika akun media sosial Yumna tiba-tiba tidak aktif. Diliputi kepanikan, Ia pun memberanikan diri mendatangi Solo, meski tak menyangka kunjungannya justru membuka fakta mengejutkan tentang keluarga tersebut.

Well, terlepas dari alur cerita yang mudah ditebak karena sering mendapatinya di dalam tayangan sinetron, namun tokoh-tokoh yang ada di film ini masih memiliki bangunan karakter serta konflik yang cukup kuat. Mungkin karena berasal dari konflik internal yang sama-sama berkecamuk, sehingga penonton dibuat berpihak pada salah satu kubu.

Akan tetapi, keberpihakan kita pada salah satu kubu tadi juga menjadi serba salah, karena keduanya memiliki alasan yang sama-sama kuat. Pergolakan batin yang divisualkan di film ini benar-benar sampai di hati, membuat penulis beberapa kali merasa bahwa kedua kubu sama-sama jahat dan egois atas keinginan memiliki anak yang sedang diperebutkan.

Hal lain yang unik dari film ini adalah tidak adanya tokoh yang dibuat bahagia secara sempurna. Bukan hanya perkara kesedihan para penonton yang melihat seorang anak harus terpisah dari keluarga kandungnya, namun juga karena pergolakan batin dua orang ibu yang sama-sama tulus ingin merawat sang anak. Rasa yang ingin disampaikan oleh si pembuat film, menurut penulis, berhasil sampai ke hati.

Ya, penggambaran pergolakan batin dari para karakter utamanya berhasil digarap menjadi cerita drama yang memantik dilema penonton. Key Mangunsong selaku sutradara dan penulis skenario juga tidak luput menyertakan bumbu-bumbu tear-jerker yang mengundang air mata. Air mata penonton seolah diperas habis ketika melihat kegundahan setiap karakter saat mereka menghadapi ketakutan masing-masing.

Saya harus akui penulisan skenario Air Mata di Ujung Sajadah digarap dengan rapi dan cukup matang. Ide plot yang familier juga tak membuat film ini menjadi membosankan atau pasaran. Di sisi lain, muatan pesan yang diangkat Air Mata di Ujung juga mumpuni. Penulis sanggup memberikan ruang yang seimbang bagi sebagian besar karakter, serta tidak ada kesan menggurui di baliknya.

Penulis harus akui penulisan skenario Air Mata di Ujung Sajadah 2 digarap dengan rapi dan cukup matang. Ide plot yang familiar juga tak membuat film ini menjadi membosankan atau pasaran. Di sisi lain, muatan pesan yang diangkat Air Mata di Ujung Sajadah 2 juga mumpuni. Sang sutradara sanggup memberikan ruang yang seimbang bagi sebagian besar karakter, serta tidak ada kesan menggurui di baliknya.

Secara umum, seperti film pertamanya, Air Mata di Ujung Sajadah 2 ini masih unggul dalam dramatisasi yang menguras emosi penonton dan ceritanya yang bersumber dari kehidupan sehari-hari sehingga dijamin banyak dari sobat nonton yang akan merasa relate dengan kisah di film ini.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

THAMMA
Tumbal Darah
Exit 8
Air Mata Di Ujung Sajadah 2

COMING SOON

KEADILAN: The Verdict
BTS 2016 & 2017 CONCERT MARATHON
Penunggu Rumah: Buto Ijo
Mission: Impossible - Dead Reckoning Part Two