Review Im Still Here: Ketika Ketidakadilan Terasa Begitu Mencekam
Mengapa rakyat seperti kita mesti melek politik? Apa perlunya peduli pada gonjang-ganjing negara? Bukankah semuanya takkan memberi pengaruh langsung ke hidup kita? I’m Still Here yang mewakili Brazil di ajang Academy Awards 2025 ini coba membantah segala anggapan tadi. Betapa kondisi di rumah kita bisa saja mengimitasi, lalu menjadi miniatur bagi situasi negara.
Film I’m Still Here sendiri akan mengikuti kisah kehancuran sebuah keluarga di rezim diktator Brasil pada tahun 1970-an. Mereka adalah keluarga Paiva yang terdiri dari sepasang suami istri, Reubens (Selton Mello) dan Eunice (Fernanda Torres). Keduanya memiliki 5 anak, yaitu Veroca (Valentina Herszage), Eliana (Luiza Kosovski), Nalu (Bárbara Luz), Marcelo (Guilherme Silveira), dan Beatriz (Helena Albergaria).
Keluarga Paiva adalah keluarga kaya raya dan terhormat. Mereka tinggal di vila dekat pantai Rio de Janeiro. Sayang, kebahagiaan keluarga ini berubah menyayat hati saat Reuben dihilangkan paksa oleh militer Brazil di bawah rezim diktator.
Militer mencurigai bahwa mantan anggota kongres itu adalah musuh negara. Reubens pun diinterogasi tanpa perlindungan hukum. Selain menculik Reubens, militer juga mengawasi setiap gerak-gerik keluarga Paiva, termasuk menjaga rumah mereka. Lantas, sanggupkah mereka bertahan dari segala tekanan tersebut?
Well, sejatinya, film yang disutradarai oleh sineas Walter Salles ini mampu menjustifikasi durasinya yang mencapai 2 jam 17 menit. I’m Still Here bukannya mengulur waktu, melainkan memang perlu durasi sepanjang itu. Sang sutradara piawai membangun situasi mencekam serta mengaduk-aduk emosi penonton dengan membawa kita menyaksikan setumpuk ketidakadilan.
Tema senada (opresi penguasa) memang bukan lagi suatu hal baru yang diangkat ke layar perak. Namun, sisi thriller yang ditawarkan oleh film ini bisa dibilang merupakan sebuah perkara yang berbeda. Apa sebab? Intensitas drama yang semakin meningkat dari menit ke menit hingga diakhiri oleh babak ketiganya yang merupakan salah satu klimaks film paling menyesakkan dalam setahun terakhir.
Suasana tak nyaman memang sudah bisa dirasakan sejak awal. Rasa penasaran penonton pun semakin terusik, tentang apa yang akan terjadi kemudian. Walter Salles tak hanya terampil memainkan ketegangan dalam ruang-ruang sempit di dalam rumah, namun juga di ruang terbuka yang cukup luas.
Pada akhirnya, I’m Still Here merupakan salah satu permata yang amat bernilai dalam sejarah sinema Brazil. Film ini tak semata bicara menyoal Brazil, tapi tentang bagaimana kebebasan yang dikekang begitu hebat akan selalu mencari jalan keluarnya.