Loading your location

Review Mindcage: Bikin Bulu Kuduk Berdiri!

By Ekowi17 Desember 2022

Apa yang dicari oleh para penikmat film bergenre thriller? Mungkin rata-rata mereka menginginkan tingkat ketegangan yang dihadirkan. Yang lainnya mungkin menunggu aksi jenius dari sang psikopat dalam memburu calon korbannya. Mindcage, sebuah film thriller psikologi ini mungkin akan memenuhi ekspektasi dari apa yang dicari dalam genre ini.

Mindcage akan menyorot kehidupan sepasang detektif bernama Jake Doyle (Martin Lawrence) dan Mary Kelly (Melissa Roxburgh). Saat ini, kedua detektif tersebut sedang menangani sebuah kasus pembunuhan yang sulit dipecahkan.

Untuk memudahkan penyelidikannya, Jake dan Mary rupanya memutuskan untuk meminta bantuan dari seorang pembunuh berantai yang saat ini sedang ada di penjara. Pembunuh berantai tersebut terkenal dengan sebutan The Artist (John Malkovich).

Bekerja sama dengan pembunuh berantai membuat Jake dan Mary harus berhati-hati dalam bertindak. Nah, berhasilkah kedua detektif tadi dalam memecahkan kasus pembunuhan tersebut? Atau justru mereka berdua yang kemudian malah terseret ke dalam “permainan” The Artist?

Apa yang menjadikan Mindcage menarik adalah penempatan karakter-karakter yang unik dan memorable yang diperkuat oleh dialog-dialog rekaan Reggie Keyohara III selaku penulis skenario. Selain itu, tema yang diangkat berupa memanfaatkan “kriminal” untuk menangkap “kriminal” lainnya, menjadi senjata ampuh dalam memberikan kesan jenius bagi film ini dalam sudut pandang penonton yang melihatnya.

Namun, bukan berarti film ini tak memiliki cacat. Sang sutradara, Mauro Borrelli sayangnya tidak mampu memberikan karakter yang menjadi padanan yang sesuai dengan karakter The Artist, dalam konteks kedalaman karakter. Karakter lain begitu terbayang-bayangi oleh sosok villain tersebut, sehingga dalam proses menonton film ini, apa yang kita tunggu bukan lah bagaimana plot yang bergerak maju, tapi apa yang akan dilakukan oleh The Artist selanjutnya.

Karakter lain yang ada sebenarnya tidak dapat dikatakan buruk, namun mereka juga tidak bisa dikatakan istimewa. Padahal, para karakter tersebut mempunyai potensi untuk dikeluarkan dan diperlihatkan kedalaman psikologis yang mereka miliki.

Mauro Borrelli sesungguhnya bukan tidak berusaha menunjukkan kedalaman psikologis karakter lainnya. Dia sudah berusaha keras menyisipkan beberapa bagian di dalam narasi yang menceritakan sedikit keseharian mereka dalam kehidupan. Namun, di sini sepertinya Mauro mengalami kesulitan untuk mengeksekusinya dengan baik.

Setiap kepingan narasi tersebut yang menceritakan bagian lain dari beberapa karakter terlihat terpisah dari narasi secara keseluruhan, termasuk juga beberapa bagian mengenai karakter The Artist itu sendiri. Hal ini semakin diperparah karena banyak dari bagian narasi tersebut terasa setengah matang.

Mauro seperti tepat berhenti sebelum klimaks diungkapkan di layar, sehingga banyak bagian dari sisi karakter dalam film ini yang terasa lewat begitu saja tanpa memberikan dampak yang berarti bagi kedalaman karakter selama kita menonton film ini.

Problematika penulisan dalam film ini semakin terasa kentara karena banyak bagian narasi karakter yang dimunculkan di sini terasa berada di luar tempatnya atau muncul di saat yang tidak tepat. Hal ini menyebabkan narasi cerita secara keseluruhan terasa renggang dan kurang kokoh. Sang sineas film ini seperti terbagi-bagi perhatiannya dalam menarasikan cerita antara The Artist, pengejaran sang pembunuh, dan penceritaan sisi lain dari si karakter protagonis.

Walaupun begitu, kita patut memberikan apresiasi kepada film ini. Bagaimanapun juga, ini adalah salah satu film thriller paling menarik yang dirilis pada tahun ini. Tak terlalu mengumbar kesadisan, tapi akan berhasil membuat bulu kuduk sobat nonton berdiri.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Venom: The Last Dance
Flow
AFTERMATH
Puang bos

COMING SOON

Gundik
KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS
Babygirl
Tumbal Darah