Loading your location

Review Puss in Boots: The Last Wish: Ketika Nyawa Kucing Hanya Tinggal Satu

By Ekowi18 Desember 2022

Rasanya kita semua setuju kalau sejak kemunculannya di film Shrek 2, karakter kucing Puss in Boots yang diplesetkan dari dongeng aslinya menjadi jagoan latin yang diadopsi dari karakter memorable Antonio Banderas sebagai Zorro, memang layak diserahi film spin-off. Begitu menariknya mereka menggagas karakter ini, sehingga Puss in Boots langsung dapat mensejajarkan diri dengan dua karakter ikonik lainnya, yakni Shrek dan Donkey.

Dalam Puss in Boots: The Last Wish, yang merupakan sekuel langsung dari Puss in Boots (2011), si kucing berwarna orange bernama Puss (Antonio Banderas) ini sekarang sedang menjalani kehidupannya yang kesembilan dan terakhir. Dengan hanya satu nyawa tersisa, ia harus merendahkan diri dan meminta bantuan dari mantan rekan dan musuh bebuyutannya, Kitty Softpaws (Salma Hayek).

Bersama Perro (Harvey Guillén), mereka berusaha menemukan “Bintang Harapan”, agar bisa mendapatkan kembali delapan kehidupan sebelumnya. Namun, dalam pencariannya, mereka juga harus melawan Goldilocks (Florence Pugh) dan beberapa karakter jahat lainnya. Mampukah Puss mendapatkan keinginannya kembali?

Sebagai sebuah film lepas, Puss in Boots: The Last Wish lagi-lagi tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam penceritaannya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa penceritaan bukanlah sesuatu yang menjadi menu utama dalam film ini. Semua cerita yang ditampilkan, seperti persahabatan antara dua sosok yang berbeda, sifat kepahlawanan, memaafkan sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang yang telah begitu dekat dengan kita hingga tema romansa pernah dieksplorasi dalam ribuan film Hollywood lainnya.

Film ini juga sama sekali tidak berusaha meletakkan sebuah sudut penceritaan baru dalam tema-tema familiar tersebut. Mungkin karena Puss in Boots adalah sebuah tayangan yang murni ditujukan bagi penonton muda? Bisa jadi. Sobat nonton bisa menilai sendiri setelah menontonnya mulai tanggal 28 Desember 2022 mendatang.

Sama dengan resep yang dipakai dalam film Shrek, Puss in Boots yang disutradarai oleh Joel Crawford bersama dengan Januel Mercado ini juga meracik dongeng-dongeng terkenal untuk membangun kisah barunya. Dengan penggalan-penggalan dongeng yang saling ditautkan ini, duo sutradara tadi lalu menuangkan plot baru tentang persahabatan dan kepahlawanan yang terkesan sangat dewasa. Sementara atmosfer set-nya tetap mencomot “Zorro mocking”-nya Antonio Banderas dengan style latin western yang amat kental.

Kefamiliaran kisah yang disampaikan mungkin akan menyebabkan beberapa orang merasa Puss in Boots: The Last Wish sedikit melelahkan walau telah disajikan dengan durasi yang hanya mencapai 90 menitan. Pun begitu, bagi mereka yang memang ingin menyaksikan film ini guna menyaksikan perbuatan dan perkataan konyol dari karakter Puss in Boots dan karakter-karakter lainnya, pastilah akan cukup terpuaskan.

Bahkan, ketika momen-momen jenaka tersebut muncul dalam jalan cerita, di saat itulah Puss in Boots: The Last Wish muncul sebagai sebuah film yang menyegarkan. Selebihnya, film ini tak lebih dari sekadar film animasi biasa yang akan dengan mudah begitu saja dilupakan ketika penonton selesai menyaksikan kisahnya.

Namun, sama seperti Shrek yang sangat child-friendly, tak ketinggalan pula trademark tatapan mata Puss yang membius plus treasure hunt adventure ala Indiana Jones-nya yang ternyata masih cukup asyik dinikmati. Dan ini yang membuat paduan semuanya jadi cukup spesial (dan nostalgik) dengan masing-masing penekanan yang berbeda.

Chemistry para pengisi suaranya juga kompak, terutama Banderas dan Hayek yang langsung terasa seperti di film-film live action mereka, bersama scoring dari Heitor Pereira yang mengambil style latin tradisional penuh perkusi dalam membangun sisi musikalnya. Bagaimanapun juga, seperti film pertamanya, ini adalah sajian animasi yang bisa dinikmati penonton belia dan dewasa dengan excitement yang sama.

Dari sisi teknologi penyampaian gambar yang ditampilkan, DreamWorks Animation memang tidak pernah tampil mengecewakan. Termasuk dalam presentasi yang mereka berikan lewat Puss in Boots: The Last Wish ini. Sayangnya, sekali lagi, dalam hal penceritaan, Puss in Boots: The Last Wish bukanlah sebuah film animasi yang cukup memorable, bahkan dalam tahun yang sepertinya diisi dengan film-film animasi yang tergolong lemah seperti di tahun 2022 ini.

Pun begitu, Puss in Boots setidaknya masih akan tetap mampu tampil menghibur setiap penontonnya dengan karakternya yang menarik serta deretan guyonan-guyonan komikal yang akan cukup berhasil untuk memberikan hiburan bagi penontonnya.

Pada akhirnya, Puss in Boots: The Last Wish memang tidak punya cerita yang berbeda dari film animasi lain dan tidak ada kedalaman cerita yang membuat kisahnya akan selalu diingat. Tapi harus diakui, film ini akan memperpanjang nafas, setidaknya nafas bagi franchise Shrek ke depannya, karena berhasil menyuguhkan sebuah sajian yang menghibur bagi seluruh anggota keluarga sobat nonton.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Civil War
Dua Hati Biru
Godzilla x Kong: The New Empire
Glenn Fredly: The Movie

COMING SOON

Harta Tahta Raisa
BALITAR (GORESAN SENJA)
Dosen Ghaib: Sudah Malam Atau Sudah Tahu
You Will Die After Six Hours