Review Creed III: Jauh Lebih Megah Dibanding Dua Seri Sebelumnya
Masih tetap menjadi franchise sports drama paling populer lintas generasi sejak film pertamanya di tahun 1976, yang langsung memenangkan Best Picture di ajang Oscar serta mengangkat nama Sylvester Stallone, mungkin belum saatnya bagi karakter Rocky untuk berakhir. Walau sudah menggantungkan sarung tinjunya di instalmen ke-6 yang berjudul Rocky Balboa, Creed yang rilis pada tahun 2015 silam lalu membuka lagi peluang ekspansinya ke sebuah spin-off dari penerus lawan tanding yang kemudian menjadi sahabatnya, Apollo Creed (kala itu diperankan oleh Carl Weathers).
Creed mampu meraih segudang nominasi dan memenangkan cukup banyak penghargaan sekaligus apresiasi bagus dari kritikus yang rata-rata mengatakan film karya sutradara Ryan Coogler tersebut dengan setia membawa legacy dari franchise induknya. Namun ada juga beberapa pihak yang mengatakan bahwa Ryan Coogler masih terlihat kelewat menahan diri untuk mengikuti formula yang membuat Rocky begitu melegenda dengan menempatkan karakter klasiknya ke latar klise soal penyakit.
Tapi toh harus diakui bahwa Creed menjadi sebuah spin-off yang mampu membuat karakter barunya menjadi “ikon”. Raihan USD 173 juta untuk pendapatan secara worldwide pun membuktikan hal tersebut. Lalu berlanjut ke Creed II (rilis tahun 2018) yang makin memantapkan nama Creed ke jajaran karakter sports drama paling memorable di kalangan para sinefil.
Kini, bukan Hollywood namanya jika tidak memanfaatkan kesempatan. Walaupun Ryan Coogler mundur dari kursi penyutradaraan, para eksekutif studio lalu mempercayakan sang bintang, Michael B. Jordan, untuk melakukan debut penyutradaraannya di Creed III. Mengambil template penyeritaan yang sama persis seperti kedua film pendahulunya, Creed III akan berkisah tentang Adonis Creed (Michael B. Jordan) yang kini telah menjadi sosok yang jauh lebih baik bagi keluarganya. Diketahui pada terakhir kali, Adonis memenangkan pertarungan dengan Viktor Drago (Florian Munteanu) dan mengakhiri persaingan lamanya.
Adonis Creed pun telah berkembang pesat dalam karier dunia tinjunya. Namun, suatu ketika, tiba-tiba saja teman masa kecilnya dan seorang mantan petinju yang bernama Damian Anderson (Jonathan Majors) muncul kembali di hadapannya. Damian ingin membuktikan bahwa dirinya masih layak berada di atas ring dengan mengajak duel Adonis Creed. Akhirnya, Adonis Creed pun harus mempertaruhkan masa depannya untuk mengalahkan Damian Anderson.
Layaknya sebuah sekuel, Creed III hadir dengan kemasan yang jelas terasa jauh lebih megah dari film pendahulunya. Mulai dari tampilan desain produksi hingga penataan sinematografi serta musik dan efek suara disajikan dalam kapasitas yang bercitarasa megah. Namun, di saat yang sama, sukar untuk membantah bahwa Creed III muncul dengan pengisahan yang cukup terbatas dan cenderung dangkal pada banyak bagiannya.
Creed III memang memberikan banyak ruang bagi kehadiran kisah berbagai hubungan antara karakternya, mulai dari romansa, persahabatan, persaudaraan, hingga permusuhan yang memang sedari dulu telah menjadi fokus utama dalam setiap bagian seri film Rocky yang telah dimulai semenjak tahun 1976. Namun, ketika jalan cerita film ini berusaha menggeser fokus cerita pada konflik lain, Creed III terasa kehilangan genggaman penceritaannya.
Lihat saja bagian pendalaman tentang hubungan romansa antara karakter Adonis Creed dengan Bianca Taylor (Tessa Thompson) yang manis namun tidak pernah terasa benar-benar esensial atau dilema hati yang dialami Adonis Creed ketika akan mengambil keputusan krusial tentang pertarungannya dengan Damian Anderson yang tampil dengan kesan cerita yang sengaja dipanjang-panjangkan untuk mengisi durasi penceritaan.
Sebagai spin-off sekaligus sekuel bagi film-film Rocky, Creed III juga nyatanya tidak berusaha menjauhkan diri dari formula David versus Goliath yang diusung franchise-nya. Tapi itu bukan berarti filmnya menjadi buruk. Mainstream filmmaking (istilah penulis di sini) justru berpotensi menjadi sebuah crowd pleaser yang pastinya akan sulit kita tolak begitu saja. Dan khusus untuk film ini, formulaik bukan bentuk kemalasan dalam bercerita, melainkan merupakan sebuah kesetiaan terhadap esensi dari “Rocky” itu sendiri.
Tapi harus diakui, walaupun terlihat cukup dangkal, deretan karakter dalam film ini mampu digali secara humanis, dan menjadikannya sebagai salah satu elemen kuat dalam presentasi Creed III. Tidak peduli selemah apapun kualitas penggalian cerita yang diberikan pada karakter tersebut, karakter-karakter dalam jalan cerita film ini akan tetap berhasil memberikan ikatan emosional yang kuat kepada para penonton.
Walaupun film ini merupakan debutnya di kursi sutradara, nyatanya Michael B. Jordan tidak pernah terasa gagal untuk terus menjaga kedinamisan intensitas cerita Creed III. Kesuksesan tersebut masih ditambah dengan kelihaiannya untuk menggarap bagian-bagian terbaik di film ini. Ya, adegan-adegan pertarungan yang tersaji dalam film ini benar-benar dikreasikan dengan keras, emosional, menegangkan, dan jelas akan mampu membuat setiap penonton menahan napas atau berpegangan erat di kursi duduk mereka. Michael B. Jordan benar-benar membuktikan ucapannya, ketika ia berjanji akan membuat sekuens pertarungan dalam film ini layaknya sekuens pertarungan dalam film-film anime.
Creed III benar-benar akan membuat sobat nonton kembali meyakini bahwa tinju adalah salah satu cabang olahraga yang ekstrem. Ini adalah olahraga yang keras dan beresiko tinggi. Nyawa bisa menjadi taruhannya. Tapi kembali lagi, ini semua adalah tentang passion. Tentang ideologi. Tentang impian. Michael B. Jordan akan membawa sobat nonton melihat film ini dari sudut pandang tersebut.
Menyaksikan klimaks film ini rasanya seperti tengah menyaksikan suatu big event nyata di dunia olahraga. Euforia begitu kuat di dalamnya. Ketika pukulan mendarat di wajah Creed dan Damian, atau saat salah satunya harus jatuh terbaring, kita akan dibuat terperanjat atau bersorak. Begitu pertandingan usai, kita tak bisa menahan diri untuk berteriak dan bertepuk tangan sembari tanpa sadar air mata telah mengalir. Apapun hasil pertandingan atau siapapun pemenangnya menjadi tak penting lagi. Creed III beserta karakter di dalamnya sudah berhasil memenangkan hati kita semua.