Loading your location

Review Kartu Pos Wini: Kisah Tentang Doa dan Harapan Anak Pengidap Kanker

By Ekowi06 April 2023

Layaknya film bergenre disease-porn lainnya, Kartu Pos Wini sejatinya memang dibuat untuk menjadi sebuah melodrama tearjerker yang sekaligus berusaha untuk memberikan beberapa inspirasi moral kepada para penontonnya. Niat yang mulia, namun Kartu Pos Wini kekurangan cukup banyak elemen pendukung yang akan mampu membuat film ini tidak hanya sekadar menjadi film yang menyentuh maupun menginspirasi, namun juga menghindarkan penontonnya dari rasa kebosanan yang luar biasa ketika menyaksikannya.

Kartu Pos Wini berkisah tentang Ruth (Denira Wiraguna) yang amat bahagia ketika dirinya diterima bekerja sebagai staf kantor pos, profesi yang ia impikan. Suatu hari, ia menerima surat yang dikirimkan oleh Wini (Keiko Ananta) kepada Tuhan. Ruth pun bingung, tapi rekan di kantornya mengatakan untuk menerima saja surat tersebut. Surat itu ternyata berisikan doa agar Wini diberikan kesembuhan dari penyakit kanker darah yang dideritanya dan ibunya selalu dilimpahkan kebahagiaan.

Singkat cerita, akhirnya Ruth bertemu dengan Wini dan hal tersebut menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Ruth. Ruth lalu meminta sahabatnya, Reza (Ferly Putra) untuk bisa menjadi sponsor pengobatan Wini di Belanda dan hal ini pun disanggupinya.

Di samping memastikan Wini mendapatkan pengobatan yang layak, Ruth ternyata juga harus berhadapan dengan cinta segitiga. Cinta segitiga antara Reza, sahabatnya, dan Krisna (Fajar Rezky), teman masa kecilnya. Ruth bersama Reza dan Krisna pun mencoba membantu Wini untuk mewujudkan keinginannya.

Seperti yang tertulis pada sinopsis singkat di atas, Kartu Pos Wini tentu saja tidak melulu berkisah mengenai ketegaran Wini dalam menghadapi kondisi fisiknya. Masih ada beberapa plot cerita tambahan seperti kisah mengenai hubungan antara Wini dengan sang ibunda, serta hubungan cinta Ruth yang coba dipaparkan oleh sutradara Tarmizi Abka di dalam film ini.

Sayangnya, seperti halnya yang terjadi dengan plot cerita utama film ini, tak satupun dari kisah tersebut yang mampu dikembangkan oleh Tarmizi dengan baik. Jalan cerita Kartu Pos Wini terlihat terlalu berusaha untuk memberikan efek sentimental yang berlebihan kepada para penontonnya sehingga justru terkesan menjadi sebuah tayangan yang membosankan daripada menjadi sebuah tontonan yang menyentuh.

Selain rasa monoton yang berkembang akibat terlalu dangkalnya cara penceritaan Kartu Pos Wini dalam menggambarkan bagaimana setiap karakter di film ini menghadapi masalah utama yang dipaparkan, kelemahan film ini juga muncul akibat inkonsistensi yang muncul dalam cara penggambaran beberapa karakter pendukungnya. Beberapa karakter yang dihadirkan, terutama karakter dua sahabat Ruth, digambarkan dengan porsi yang terlalu minim untuk kemudian dilibatkan dalam beberapa adegan yang cukup vital di dalam jalan cerita.

Seringkali, karakter-karakter tersebut terlihat hanya sebagai sebuah pengisi dalam satu adegan mengenai dirinya, untuk kemudian menghilang, lalu dimunculkan kembali pada sebuah adegan minim berikutnya. Hal ini masih ditambah dengan dangkalnya jalan cerita yang mendukung kehadiran karakter-karakter tersebut dalam beberapa adegan mereka yang semakin membuat Kartu Pos Wini menjadi cukup melelahkan untuk diikuti.

Dengan gagalnya kemampuan sang sutradara film ini dalam mengembangkan setiap adegan dan karakter pengisi cerita film ini dengan baik, Kartu Pos Wini pada akhirnya justru terhindar dari kesan menyentuh maupun inspiratif dan berakhir sebagai sebuah sajian yang cenderung datar dan monoton.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Mufasa: The Lion King
Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga
SUN TREE
Kraven the Hunter

COMING SOON

Blade
KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS
Mengejar Restu
THE PROSECUTOR