Loading your location

Review Mappacci - Malam Pacar: Komedinya Oke, Tapi...

By Ekowi26 Agustus 2023

Tahun 2016 silam, film asal Makassar berjudul Uang Panai dirilis terbatas di bioskop dan berhasil memperoleh sukses besar. Sejak itu, Makassar diperhitungkan dalam industri film nasional. Dan setelah tujuh tahun berlalu, kini film Makassar mencoba masuk ke level yang berbeda. Dalam film terbaru berjudul Mappacci, sutradara Andi Burhamzah menggandeng penulis skenario, Oka Aurora, seorang penulis cerita yang melejit berkat film SILARIANG: Cinta Yang [Tak] Direstui dan serial viral Layangan Putus.

Mappacci berkisah tentang seorang gadis bernama Tenri (Andi Batari Bintang) yang berusia 23 tahun. Ia tengah berbahagia karena sedang mempersiapkan acara pernikahannya. Sayangnya, saat malam Mappacci (atau Malam Pacar) tiba, ia malah mendengar hal buruk yang membuat hidupnya berubah dan dunianya seakan hancur. Kapal yang ditumpangi Iwan (Cahya Arynagara), calon suaminya, tenggelam.

Tenri lalu mengalami depresi hingga hampir kehilangan nyawanya. Ibunya lantas membantu Tenri untuk menghadapi kejadian pilu ini karena tidak ingin kehilangan anak perempuannya. Seiring berjalannya waktu, Tenri bertekad untuk move on dan mencoba menerima lamaran Erwin (Cipta Perdana). Namun di sisi lain, Tenri merasa bersalah dengan Iwan meskipun ia juga berusaha menerima Erwin.

Saat kehidupan Tenri mulai baik-baik saja, di malam Mappacci-nya, ia mendengar Iwan telah ditemukan. Keadaan pun jadi rumit, tapi Tenri berusaha agar malam Mappacci-nya tetap berjalan dengan lancar.

Rupanya penulis cukup dikejutkan dengan kemampuan Mappacci dalam memberi hiburan pada separuh pertama durasi. Susunan lelucon dari naskah Oka Aurora ini mungkin jauh dari kesan cerdas dan memang tak memiliki intensi ke sana, tapi justru kebodohan berlebih itulah daya pikat utamanya.

Semangat absurditas di mana para tokoh menunjukkan kebodohan random di luar batas dieksploitasi. Berfokus pada kuantitas ketimbang kualitas membuat banyak humornya meleset. Tapi, bukankah keanehan hiperbolik selalu menarik untuk disimak?

Permasalahan mencuat tatkala film mulai beralih konsentrasi menuju drama-romansa, yang lantas mengesampingkan komedi. Percintaan antara Tenri dan Erwin mungkin merupakan salah satu romantika paling tak simpatik yang pernah penulis saksikan.

Kualitas drama mungkin saja bisa terbantu oleh kekuatan akting. Namun sayangnya hal ini tidak dimiliki oleh Mappacci. Sewaktu menangani momen komedik, jajaran cast-nya tampak menikmati keharusan dalam bertingkah bodoh, tapi beda cerita saat melakoni bagian dramatik.

Pesan yang coba diutarakan oleh film inipun berakhir tidak jelas. Awalnya Mappacci ingin melontarkan sebuah kritik. Tapi, entah karena takut mengkritisi adat atau kehabisan akal, konklusinya cenderung menjadi bermain aman. Alhasil, setelah menghabiskan terlalu banyak waktu, pemilihan konklusi tersebut membuat rangkaian pesannya terdengar bak omong kosong belaka.

Patut disayangkan, Mappacci mengorbankan potensi komedi dan dramanya hanya demi balutan pesan berlarut-larut yang disuarakan penuh keraguan. Tapi, sekali ini saja bolehlah kita apresiasi, tatkala sineas dari luar Jakarta (khususnya Makassar) sudah berusaha keras agar perfilman lokalnya mampu mendapatkan pengakuan dari khalayak nasional.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Godzilla x Kong: The New Empire
The Architecture of Love (TAOL)
TOTTO-CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW
Abigail

COMING SOON

Mencadin: Dendam Pocong
Kang Mak
Almarhum
Bila Esok Ibu Tiada