Loading your location

Review Surga di Bawah Langit: Film Keluarga dengan Musikalitas yang Kental

By Ekowi31 Maret 2023

Kapan terakhir kali sobat nonton menyaksikan film keluarga buatan sineas dalam negeri yang bagus di layar lebar? Jika diminta merunut lebih jauh ke belakang, maka ingatan penulis mendarat pada tahun 2011 tatkala terdapat sederet film anak yang layak disimak seperti Rumah Tanpa Jendela, Lima Elang, serta Garuda di Dadaku 2. Pilihannya cukup beragam, tak seperti beberapa tahun terakhir yang sudah bisa dikategorikan sebagai musim paceklik film-film keluarga.

Ketimbang memproduksi film anak, beberapa rumah produksi lebih asyik menggarap film remaja yang secara tema pun seragam. Berkaca pada fenomena memilukan ini dan menyadari bahwa anak-anak juga butuh tontonan hiburan di bioskop, salah satu sineas wanita Pritagita Arianegara merasa memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan sebuah sajian yang bisa diakses oleh seluruh anggota keluarga yang bertajuk Surga di Bawah Langit.

Surga di Bawah Langit bercerita tentang Ayu (Neona Ayu), yang setiap hari harus menari untuk mencari nafkah dan menambah biaya sekolahnya. Sedangkan Agus (Muzakki Ramdhan) hidup dari mencopet. Dan Laras (Keira Vanaya) bekerja sebagai ojek payung dan berjualan.

Hidup dalam lingkungan sosial yang marginal rupanya menyatukan ketiganya. Mereka harus berjuang hari demi hari hanya untuk menjalani hidup, tanpa pernah bermimpi lebih. Setelah dewasa, mereka lalu bertemu kembali di tempat yang sudah mereka janjikan di waktu kecil dahulu.

Walaupun dikategorikan sebagai film keluarga (dan musikal!), rupanya Surga di Bawah Langit fasih dalam melontarkan berbagai pertanyaan serta kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan ceritanya. Tentu saja, hal itu merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak rakyat yang seharusnya mereka berikan.

Segala tema yang mungkin bagi sebagian kalangan, khususnya kaum muda akan dirasakan terlalu berat dan terkesan menggurui, mampu disampaikan Pritagita dengan jalan yang lancar, komikal dan dipenuhi anekdot-anekdot yang pas takarannya. Hasilnya, tanpa disadari oleh setiap penontonnya, berbagai pendidikan moral mengalir lancar dalam 89 menit masa pengisahan film ini.

Yang menjadi spesial, selain sebuah film keluarga, ternyata Surga di Bawah Langit juga membawa fitur-fitur yang akrab sebagai sajian film musikal. Film ini berhasil mempresentasikan unsur musikalitas yang ingin ditawarkan, seperti lagu-lagu dan koreografinya. Lagu-lagu yang dibawakan oleh para pemeran utamanya ini terdengar menyenangkan di telinga. Melodi-melodinya sangat catchy dan liriknya juga mudah dinyanyikan.

Dengan dua persayaratan utama sebuah film musikal keluarga yang sudah terpenuhi dengan baik; yakni performa para pelakon anak serta komposisi musikal yang kuat, Surga di Bawah Langit pastinya sudah cukup layak masuk di jajaran film musikal anak terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Film ini mungkin tetap belum bisa disandingkan setara dengan Petualangan Sherina, akan tetapi yang dibutuhkan selanjutnya adalah strategi yang tepat untuk meraih momentum dalam pemasaran filmnya.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Abigail
Civil War
Vina: Sebelum 7 Hari
Mencadin: Dendam Pocong

COMING SOON

Kaka Boss
The Strangers: Chapter 1
Ipar Adalah Maut
Desa Mati: The Movie