Loading your location

Review The Boogeyman: Horor yang Sederhana dan Tradisional

By Ekowi13 Juni 2023

Siapa di antara kalian yang pernah mendengar sosok urband legend bernama The Boogeyman? The Boogeyman sendiri adalah karakter fiksi yang digambarkan sebagai makhluk menakutkan yang pertama kali muncul di Majalah Cavalier pada tahun 1973. Karakter tersebut kemudian diadaptasi menjadi cerita dalam kumpulan cerita pendek karya penulis terkenal dunia Stephen King, Night Shift.

Setelah sempat diangkat ke layar lebar sebagai sebuah adaptasi lepas pada tahun 2005 silam, kini giliran sutradara Rob Savage yang mengangkat kembali sosok mitos ini ke layar perak dengan judul The Boogeyman. Konon, versi terbarunya ini memang diniatkan untuk setia dan selaras dengan versi yang dibuat oleh sang maestro Stephen King terdahulu.

The Boogeyman berkisah tentang seorang psikiater bernama Dokter Will Harper (Chris Messina). Ia mempunyai dua anak perempuan, Sadie (Sophie Thatcher) dan adiknya Sawyer (Vivien Lyra Blair). Kedua anaknya, terutama Sadie, masih berduka atas kehilangan ibu mereka setahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan mobil.

Will yang kebetulan juga membuka jasa konsultasi di rumahnya sendiri, suatu hari kedatangan seorang pasien misterius yang bernama Lester Billings (David Dastmalchian). Kepada Will, Lester lalu menceritakan tentang kematian ketiga anaknya yang masih kecil dalam beberapa tahun terakhir. Anak-anak tersebut meninggal secara misterius karena penyebab yang tampaknya tidak berhubungan, ketika ditinggal sendirian di kamar tidur mereka.

Singkat cerita, Lester tiba-tiba menyelinap pergi dan gantung diri di lemari milik almarhum istri Will. Sejak kematian Lester tersebut, kedua anak Will mulai merasakan sesuatu yang tidak beres di rumah mereka. Sawyer mulai ketakutan saat melihat kegelapan di dalam kamarnya, dan ia mulai merasa ada sesosok besar yang melihatnya dari kegelapan.

Sawyer kemudian menceritakannya kepada sang kakak. Sadie tak serta merta mempercayai kisah adiknya. Namun, ia mulai merasakan hal yang sama dan mulai mencari tahu siapa Lester sebenarnya dan menemukan sesuatu yang gelap dan mengerikan di rumah Lester. Lantas, dapatkah Sadie menyingkirkan makhluk itu selamanya dari rumahnya?

Well, jika diberi pilihan, mana di antara dua opsi berikut yang menurut kalian akan memberikan sensasi menonton yang lebih mengasyikkan: secara konsisten terus disajikan berbagai materi horor dari gimmick klasik hingga jump scare, atau justru masuk ke dalam petualangan di mana kalian hanya di beri tahu bahwa ada sesuatu yang menyeramkan di sana namun kemudian dilepas untuk bermain-main secara liar bersama imajinasi yang perlahan membentuk sendiri rasa takut kalian semua? Untuk penulis sendiri, opsi kedua sepertinya lebih mengasyikkan, dan ternyata film ini punya hal tersebut!

Sebuah pertanyaan di bagian akhir premis di atas tadi sesungguhnya telah menjadi clue yang sangat besar, bahwa The Boogeyman bukan merupakan sebuah horror yang menggunakan premis dari sinopsis yang ia punya agar membuka arena bermain untuk kemudian menyuapi penontonnya dengan materi horror sembari mengajak mereka mencari jawaban atas teka-teki yang ia lemparkan.

Sebagai sutradara, Rob Savage benar-benar menekan kuantitas hal tersebut pada karyanya ini, menjaganya untuk tampil dalam kualitas yang jauh lebih baik dari versi-versi terdahulu, namun kemudian menyandingkan hal tadi bersama perputaran cerita yang berisikan kelelahan psikologis atau penderitaan mental yang menyenangkan.

The Boogeyman adalah film horror yang menyenangkan karena berhasil bercerita dengan rapi. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa kita tahu ada sesuatu yang tidak beres pada karakter, dan tanpa mencoba untuk tampil rumit, penonton akan dengan mudahnya terjebak ke dalam cerita berkat pesona dari karakter utama yang mampu membentuk "something wrong" itu tampak menjanjikan.

Tapi dari sana pula penonton kemungkinan akan terpecah karena pada dasarnya The Boogeyman mayoritas berisikan aksi menunggu di mana kita diajak untuk mengamati proses destruksi pada karakter dari positif menjadi negatif, dan dengan visi yang kuat, hal itu berhasil Rob Savage tampilkan dengan cukup padat.

Lantas apa minus yang mengganggu dari The Boogeyman? Hampir tidak ada. Tidak begitu menyeramkan memang, tapi sensasi horror yang diberikan film ini terbukti sangat menyenangkan. Nah, hal terakhir itu yang mungkin akan sedikit berbeda, tidak ada boom-boom-boom penuh kejutan oktan tinggi di sini, The Boogeyman lebih seperti sebuah orkestra yang membuat penontonnya terombang-ambing dan kemudian terkejut ketika nada sedikit tinggi hadir sesaat. Semua dijaga untuk tampil ketat, dari fokus pada cerita, fokus pada emosi, hingga atmosfirnya.

Pada akhirnya, The Boogeyman adalah film yang memuaskan. Sederhana dan tradisional. Tapi keputusan untuk tidak hanya sebatas menjual efek khas horror bersama visual suram, kemudian menyandingkannya dengan narasi yang lucu tanpa harus terasa konyol, menyentuh tanpa terasa terlalu mellow, hingga bermain-main liar dalam ketenangan tanpa terasa menjengkelkan dan membosankan.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

The Wild Robot
Red One
WE LIVE IN TIME
My Hero Academia: You're Next

COMING SOON

Death Forest 2
Gereja Setan
High Forces
Gelapkan Habis Terangkan Datang