Loading your location

Review Fast Charlie: Film Thriller yang Memuaskan

By Ekowi09 Februari 2024

Meski bukan lagi seorang James Bond, Pierce Brosnan mungkin sudah kangen tampil sebagai seorang karakter pria maskulin. That’s why, film Fast Charlie yang diangkat dari novel Gun Monkeys karya Victor Gischler dan disutradarai oleh Phillip Noyce ini ingin kembali membangun image Brosnan tadi.

Fast Charlie bercerita tentang Charlie (Pierce Brosnan) yang merupakan seorang “problem solver” bagi Stan Muller (James Caan), seorang pebisnis dan gangster tua yang menguasai kota New Orleans. Sementara Beggar Mercado (Gbenga Akinnagbe) adalah seorang gangster dingin dan ambisius yang ingin mengambil-alih bisnis hiburan milik Stan.

Masalah bermula ketika Beggar menghabisi seluruh orang-orang terdekat Stan, termasuk Charlie yang berhasil lolos dari maut. Seorang wanita muda bernama Marcie (Morena Baccarin) pun terlibat karena diduga menyimpan sebuah barang milik Beggar. Mereka lalu diburu dan menjadi target dari puluhan tukang jagal utusan Beggar.

Tidak menjadi sesuatu yang mengherankan apabila ada dari sobat nonton yang merasa skeptis dengan film ini ketika mereka tahu ada nama Pierce Brosnan di posisi terdepan, dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa Philip Noyce selaku sutradara masih memanfaatkan betul image yang telah terbentuk pada pria 70 tahun itu.

Dari aksi balas dendam, pria yang mencoba menemukan dan menyelamatkan kembali kehidupannya, mereka terus dibakar dalam ketenangan untuk kemudian ditutup dengan cara paling klasik yang mereka inginkan. Formula tersebut telah identik dengan film-film bergenre sejenis. Tapi apakah salah? Tidak, dan disini Philip Noyce malah meraih keuntungan dari hal-hal tersebut.

Fast Charlie pada dasarnya seperti sebuah arena yang diciptakan untuk Pierce Brosnan, dan performa yang masih cukup mumpuni dari pemeran utamanya itu pula yang mampu mengatrol film ini dalam hal membangun kisah yang tampil sama baik di seperdua durasi filmnya dengan bermain-main bersama aksi prosedurial gangster ini.

Penulis amat suka paruh pertamanya, bagaimana kekejian dari konflik utama itu berhasil terbangun dengan baik, begitupun dengan keterampilan dalam menciptakan perputaran cerita yang mampu secara bertahap meningkatkan daya tarik film action-thriller, dan seperti yang disebutkan di awal tadi, meskipun ia bergerak lambat tapi ia mampu terus membakar sensasi tegang bagi penontonnya, membuat penonton terjebak dalam nada cerita yang terbangun dengan baik sejak awal itu, serta terlibat berkat karakterisasi yang efektif di tahap itu.

Dapat dikatakan, bagian tersebut merupakan momen terbaik dari Fast Charlie, saat di mana semua pertanyaan masih belum mulai mencari garis finish, menjadi sesuatu yang menarik bagi penonton untuk ikut masuk dan menemukan jawabannya. Dengan sinematografi yang cukup mumpuni hadir permainan atmosfer yang menjadi andalan di sini dan sanggup menjadikan pace yang cukup lambat tadi menjadi tidak terasa menjengkelkan.

Hal di atas malah seperti trik untuk berhati-hati agar dapat menarik sobat nonton lebih dekat dengan para karakternya, dan memang kita perlahan seolah merasa menjadi karakter lain yang ikut mengamati proses pemecahan masalah itu. Hal tersebut ditunjang oleh performa yang diberikan Pierce Brosnan yang memang terasa amat stabil hingga akhir film. Namun tetap, karakter yang dimainkan oleh Gbenga Akinnagbe lah yang menjadi sumber thrill dalam cerita film ini.

Overall, Fast Charlie adalah film yang cukup memuaskan. Film ini merupakan sebuah thriller kejahatan yang menjalankan tugasnya dengan efektif, meskipun sayangnya masih tidak mampu menjauh dari penyakit klasik yang identik dengan genre tempat ia bermain. Ya tapi setidaknya, kita kembali dapat melihat sosok Pierce Brosnan bermain sebagai karakter maskulin yang pernah ia perankan saat masa-masa jayanya dahulu.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Glenn Fredly: The Movie
YOLO
Siksa Kubur
ULTRAMAN BLAZAR THE MOVIE: TOKYO KAIJU SHOWDOWN

COMING SOON

Petak Umpet
Kamen Rider Geats X Revice
Harold and the Purple Crayon
Possession: Kerasukan