Review Harold and the Purple Crayon: Sarat Pesan Moral tentang Keberagam dan Menghargai Lingkungan Sekitar
Zachary Levi yang tenar lewat dua film Shazam!, kini merilis film terbarunya berjudul Harold and Purple Crayon. Tak berbeda jauh dengan dwilogi Shazam!, Harold and the Purple Crayon juga mengusung genre family movie yang patut ditonton oleh seluruh anggota keluarga.
Harold and the Purple Crayon berkisah tentang seorang bocah bernama Harold (Zachary Levi) yang dengan krayon ungu ajaibnya mampu mengubah coretan-coretan di buku gambarnya menjadi kenyataan. Dunia yang ia ciptakan begitu hidup dan penuh warna, di mana sungai cokelat mengalir, gunung keju menjulang, dan binatang-binatang aneh berkeliaran.
Namun, petualangan Harold tidak berhenti di sana. Seiring bertambahnya usia, ia merasa terikat dengan dunia imajinasinya. Dengan nekat, Harold memutuskan untuk keluar dari halaman buku dan menjelajahi dunia nyata. Di dunia nyata, Harold ternyata harus belajar banyak hal baru.
Ya, Harold harus berinteraksi dengan orang lain, menghadapi tantangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan bahkan harus berhadapan dengan sosok antagonis yang ingin menyalahgunakan kekuatan krayon ungu miliknya.
Tak banyak ekspektasi saat menonton film ini, karena tentu target penontonnya adalah anak-anak di bawah umur. Namun, babak pertama filmnya sungguh sebuah kejutan. Tribute seri buku dan animasinya sungguh terasa sangat kental, dan ini akan membuat nostalgia bagi sobat nonton yang akrab dengan medium aslinya tadi.
Dialog-dialog khas Harold yang amat familiar coba dilontarkan kembali di sekitar 30 menit awal filmnya. Sentuhan animasinya yang absurd pun secara cerdas digunakan sebagai tools imajinasi dari karakter Harold. Lalu kisah semakin menarik tatkala Harold harus beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Di babak kedua tersebut, sisi drama mulai dialirkan dengan cukup kental, terlebih dialog-dialog yang dilontarkan pun tak terdengar kacangan bak film-film anak lainnya. Sobat nonton dijamin akan cepat bersimpati dengan karakter utama kita ini yang enerjik dan amat mencuri perhatian.
Namun, memasuki babak ketiga, filmnya mulai sedikit kehilangan greget, karena tidak adanya pengembangan cerita yang lebih mendalam lagi. Sisi petualangannya boleh dibilang tak menggigit lagi karena arah cerita sudah terlampau jelas tertebak. Tapi hal tersebut cukup bisa dipahami, karena kembali lagi, ini adalah film anak-anak.
So, jika sobat nonton memiliki anggota keluarga yang masih kanak-kanak, Harold and the Purple Crayon boleh saja menjadi watchlist wajib di akhir pekan ini, karena film sendiri sarat akan pesan moral tentang keberagam dan menghargai lingkungan sekitar. Apalagi bila sobat nonton pernah membaca seri buku atau animasinya sewaktu kecil dahulu.