Review Lembayung: Berani Sisipkan Pesan Moral soal Kekerasan Seksual
Pica (Taskya Namya) dan Arum (Yasamin Jasem) adalah mahasiswi keperawatan yang hendak menjalani masa PKL di Klinik Lembayung, yang baru saja buka sejak lama ditutup. Rumornya, ada dokter yang pernah bunuh diri beberapa tahun lalu. Satu malam, seorang pasien misterius dengan rambut panjang datang ke poli gigi dengan perilaku aneh, membuat Pica dan Arum ketakutan.
Mereka mengira perempuan itu adalah salah satu pasien RSJ yang kabur. Tapi anehnya, sosok perempuan berambut panjang itu terus menghantui mereka hingga masuk ke mimpi Arum. Peristiwa janggal terus terjadi. Bahkan, beberapa petugas rumah sakit meninggal secara tragis satu-persatu. Ketika Arum mulai kerasukan, Pica segera berusaha mengungkap misteri Klinik Lembayung sebelum sahabatnya menjadi korban selanjutnya.
Itulah kisah yang tersaji dalam karya perdana sutradara Baim Wong berjudul Lembayung. Menurut penulis, sebagai sutradara debutan sekaligus terlibat pula dalam menggarap skenario dan proses editing-nya, buah cipta Baim ini terbilang cukup baik. Meski begitu, harus diakui bahwa ia masih belum cukup mampu untuk bisa menangkap timing horor yang pas di beberapa bagian film ini.
Selain itu, menurut penulis, sektor penulisan naskah juga masih banyak perlu perbaikan. Meski babak pertamanya sudah dibangun dengan sangat baik, namun masih terasa terlalu panjang alias bertele-tele. Terlebih masih ada juga subplot yang kurang penting untuk dimasukkan.
Menariknya, terlepas dari kekurangan di atas, pesan moral soal kekerasan seksualnya mampu disampaikan dengan benar dan cukup berani. Baim Wong sebagai seorang laki-laki seolah-olah tidak menjustifikasi bahwa semua laki-laki selalu tidak bermoral. Namun, ia juga mengakui bahwa masih banyak sekali laki-laki di luar sana yang memiliki perangai yang sangatlah buruk dan tak patut dicontoh.
Secara keseluruhan, sebagai sebuah sajian horor, Lembayung tetap berhasil dalam menghibur penontonnya. Selamat menonton.