Review Monkey Man: Suguhan Aksi Beradrenalin Tinggi
Nama Dev Patel mungkin sudah tidak asing lagi di telinga sobat nonton. Ya, sebagian besar karier Dev Patel memang dihabiskan di dunia akting, bahkan sering kali ia terlibat dalam film-film dengan berbagai penghargaan seperti Lion, Hotel Mumbai, Slumdog Millionaire, dan beberapa film lainnya. Namun, kini Dev berkonsentrasi penuh dalam sebuah film berjudul Monkey Man, di mana ia akan terjun langsung sebagai sutradara, produser, penulis dan juga berperan sebagai karakter utama.
Dalam film Monkey Man ini, Dev Patel tampil memerankan karakter bernama Kid. Diceritakan, sosok Kid merupakan seorang pemuda anonim yang menjalani kehidupan sederhana di sebuah klub pertarungan bawah tanah. Kid selalu mengenakan topeng gorila saat bertarung di klub tersebut.
Kid rela dipukuli hingga berdarah-darah oleh sejumlah petarung yang lebih populer darinya demi mendapatkan uang. Bertahun-tahun memendam amarahnya, Kid lantas berencana melakukan pembalasan kepada orang-orang yang telah mengambil segalanya darinya. Khususnya kepada seseorang yang telah membunuh ibunya.
Jika sobat nonton berharap bahwa film ini akan menyajikan premis serupa layaknya film-film seri John Wick, maka bersiaplah untuk bergembira karena ekspektasi tinggi kalian benar-benar akan terbayarkan dengan manis ketika melihat koreografi pertarungan yang disusun dengan amat matang di sini.
Menghadirkan aksi sarat adrenalin dan pertarungan tangan kosong yang indah, sobat nonton sedikit banyak akan teringat dengan film-film macam The Raid atau The Night Comes for Us yang juga menghadirkan aksi serupa. Mulai dari enviromental fight, sampai adu keahlian menggunakan senjata tajam, kalian bisa menyimak bahwa semua pertarungan di film ini dirancang dengan apik dan sangat memperhatikan tiap detailnya.
Penulis berani menjamin, bahwa sobat nonton tidak akan melihat terlalu banyak transisi cepat kamera untuk menunjukkan bahwa adegan actionnya sebenarnya berada dalam tempo yang cepat dan impactful. Di sini, mata kita tidak akan lelah mengikuti pergerakan Kid dalam menghadapi musuh yang terus berdatangan karena pengaruh sudut pengambilan gambar yang cukup inovatif.
Alasan penulis menyinggung masalah pergerakan kamera adalah karena bagi penggemar film-film action, melihat adegan action yang sebenarnya sulit dibuat itu mungkin akan merasa biasa saja jika sudut pengambilan kameranya tidak tepat. Dan Monkey Man ternyata sanggup menjawab tantangan tersebut. Tiap action scene yang diperlihatkan di film ini rupanya mampu membangkitkan perasaan yang menegangkan. Ya, inilah bagian spesifik mengapa film action itu begitu digemari oleh banyak orang.
Di sisi lain, sosok Kid juga tidak selalu digambarkan sebagai protagonis yang overpower. Tokoh kita yang satu ini tetap mengalami kesulitan dalam menghadapi serangan bertubi-tubi. Tidak bisa dipungkiri, hal ini justru sukses memberikan efek simpati yang dalam dari para penontonnya.
Suguhan aksi beradrenalin tinggi memang menjadi menu utama dalam Monkey Man. Namun, alur cerita tetap terjaga dengan terungkapnya kisah masa lalu sang protagonis di beberapa bagiannya. Walaupun tak bisa dipungkiri, hal tersebut membuat pacing film ini terasa sedikti lambat. Tapi tenang, selaku sutradara, Dev Patel rupanya tahu betul tata cara dalam menjaga alur cerita. Oleh karenanya, sobat nonton dijamin akan tetap bisa mengikuti perjalanan sang jagoan sambil menikmati suguhan pertarungan tingkat tinggi.
Pada akhirnya, Monkey Man seperti sebuah “tamparan keras” untuk Holywood, terutama bagi mereka yang malas membuat fighting scene yang bagus dan terlalu mengandalkan transisi kamera untuk meng-carry tiap action scene di filmnya. Film action bisa sukses jika mereka mau berinvestasi lebih ke bagian koreografi fighting scene agar tidak hanya sekadar butuh saja dan percaya bahwa penonton bisa memahami pesan dari setiap adegan action tersebut.