Review The Bricklayer: Sajikan Rentetan Aksi dengan Visual yang Memukau
Merasa kurang familiar dengan nama sutradara Renny Harlin? Cukup wajar. Meskipun pernah menghasilkan film-film peraih sukses komersial besar seperti Die Hard 2 dan Cliffhanger, nama Harlin secara perlahan mulai tenggelam setelah film Cutthroat Island yang ia arahkan gagal meraih kesuksesan ketika dirilis di pasaran dan bahkan sempat meraih gelar sebagai film dengan kegagalan komersial terbesar sepanjang masa.
Harlin sendiri bukannya berhenti menjadi seorang sutradara setelah kegagalan tersebut. Ia masih aktif mengarahkan banyak film layar lebar seperti Deep Blue Sea, The Covenant, dan 12 Rounds serta beberapa episode serial televisi popular seperti Burn Notice, White Collar dan Covert Affairs meskipun tak satupun di antara kerja kerasnya tersebut mampu mengkatrol kembali nama besarnya di industri film Hollywood.
Film terbaru arahan Harlin, The Bricklayer, sayangnya masih belum akan memberikan reputasi yang lebih baik bagi kemampuan sutradara berkewarganegaraan Finlandia tersebut dalam mengarahkan film-filmnya. Dengan naskah yang ditulis oleh Matt Johnson dan Hanna Weg, The Bricklayer terasa tak ubahnya sebagai film action thriller pada umumnya.
The Bricklayer berkisah tentang seorang agen FBI bernama Steve Vail (Aaron Eckhart), yang dipecat karena membangkang dan hidup sebagai tukang bata di Chicago. Steve lalu diaktifkan kembali untuk membantu menangani kasus teror pemerasan yang dilakukan sebuah komplotan, dengan membunuh target mereka satu per satu.
Pembunuhan tersebut tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan bayaran sesuai tuntutan. Steve Vail lalu bekerja sama dengan Kate (Nina Dobrev), analis muda yang juga diminta untuk mengungkap rangkaian pembunuhan itu serta memecahkan kasus pemerasan oleh orang yang dikabarkan sudah meninggal beberapa waktu sebelumnya.
Yap, The Bricklayer sejatinya bukanlah sebuah presentasi yang benar-benar buruk secara keseluruhan. Namun, jika dibandingkan dengan betapa bervariasinya kisah action thriller yang hadir belakangan ini, adalah cukup mengecewakan untuk melihat Harlin lebih memilih untuk menyusun dan mengeksekusi The Bricklayer menjadi sebuah film drama aksi yang tampil begitu datar dalam penceritaannya.
Oke, kebanyakan penonton yang memilih untuk menyaksikan The Bricklayer mungkin tidak begitu mengharapkan sebuah film yang mengandalkan kualitas cerita maupun tampilan akting yang berkelas. Pada beberapa bagian, Renny Harlin memang mampu menghadirkan tampilan visual yang cukup memuaskan, khususnya yang melibatkan hadirnya adegan aksi yang mampu memacu adrenalin.
Keputusan Harlin untuk menghadirkan penceritaan The Bricklayer dalam ritme penceritaan yang cukup cepat juga terbukti berhasil membuat film ini menghibur penontonnya. Namun, ketika Harlin terus menghadirkan adegan-adegan aksi tersebut dalam tampilan yang serupa secara terus menerus, The Bricklayer tidak terhindarkan dari atmosfer penceritaan yang terasa begitu monoton.
Namun, terlepas dari kelemahan tersebut, Renny Harlin tetap berhasil menutupinya dengan mengeksekusi The Bricklayer melalui ritme penceritaan yang tanpa kompromi sekaligus menghadirkan beberapa adegan aksi yang tergarap dengan baik dari sisi tampilan visualnya. Tidak sepenuhnya buruk, namun jelas masih terasa mengecewakan akibat banyaknya potensi cerita film ini yang gagal untuk dikembangkan dengan baik.