Review The Last Breath: Suguhkan Parade Adegan yang Memacu Adrenalin
Serangan ikan hiu tentu menjadi momok menyeramkan ketika sedang berada di lautan luas. Banyak judul film yang mengangkat tema tentang serangan hiu dengan beragam genre. Pekan ini, kita semua akan kembali disuguhkan oleh film bertema serangan hiu yang berjudul The Last Breath.
The Last Breath bercerita tentang Noah (Jack Parr) dan Levi (Julian Sands), dua penyelam berpengalaman yang menemukan reruntuhan kapal perang dari Perang Dunia II di dasar laut Karibia. Mereka mengajak sekelompok teman, termasuk Brett (Alexander Arnold), Sam (Kim Spearman), Riley (Erin Mullen), dan Logan (Arlo Carter), untuk menjelajahi kapal tersebut.
Namun, apa yang dimulai sebagai petualangan berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka terjebak di dalam reruntuhan yang gelap, dikelilingi oleh hiu putih besar. Dengan oksigen yang terbatas dan ancaman hiu yang mengintai, kelompok ini harus berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang semakin memburuk dan kapasitas udara yang terbatas. Berhasilkah mereka?
Sama seperti film bertema survival lainnya, film The Last Breath lagi-lagi menawarkan ketakutan bagi para penontonnya. Kali ini, sobat nonton akan dibawa terperangkap di bawah laut dengan terbatasnya udara untuk bernafas dan berharap bantuan akan datang.
Memang tidak ada yang baru dari film ini; ada sekelompok penyelam dari berbagai ragam karakteristik yang terjebak satu dengan yang lainnya. Tentu konfliknya bukan hanya bagaimana mereka bertahan, tapi perbedaan pendapat dan ego dari masing-masing karakter.
Untuk sekelas film survival, The Last Breath cukup sukses membuat bulu kuduk berdiri. Elemen horor dari film ini ada pada ketakutan akan terjadinya bencana ketika berada di bawah laut di tengah hiu ganas yang menunggu.
Walaupun, film ini tak ubahnya seperti horor survival kebanyakan. Dibuka dengan pengenalan karakter utama, pertanda-pertanda yang menjadi petunjuk dan callback peristiwa setelahnya. Lalu ada adegan-adegan yang menunjukkan sifat asli manusia ketika tertekan dan akan melakukan segala cara untuk bertahan hidup.
Masih ada dialog yang terdengar cheesy. Akting sebagian besar karakter juga tak bisa dianggap spektakuler. Editingnya masih dapat ditingkatkan lagi, karena ada beberapa bagian yang masih terasa kurang smooth dalam membangun ketegangan, ditambah ceritanya yang mudah ditebak. Namun setidaknya, masih ada beberapa jumpscare yang akan membuat sobat nonton loncat dari kursi.
Dengan sebagian besar cerita mengambil setting di bawah laut, maka film ini tentu bukan tontonan yang cocok bagi sobat nonton penderita claustrophobia (ketakutan terhadap ruang sempit) serta thalassophobia (ketakutan berlebih terhadap kedalaman laut). Karena film ini akan membawa sobat nonton mengarungi lautan luas dan di bagian akhirnya, sobat nonton akan dibawa turut menahan nafas ketika karakter utama menyelami lautan yang dalam.
Pada akhirnya, walaupun tak ada hal baru yang ditawarkan oleh film ini, tapi The Last Breath tetaplah menjadi tontonan wajib bagi para penggemar film yang mengejar adrenaline rush.