Loading your location

Review The Marsh King's Daughter: Punya Premis yang Ambisius dan Menarik, Tapi...

By Ekowi26 Januari 2024

Apakah sobat nonton ingat dengan sosok Daisy Ridley yang kerap muncul di waralaba Star Wars baru-baru ini? Ya, kini ia kembali dengan peran misterius namun "galak" di film terbarunya yang berjudul The Marsh King’s Daughter. Daisy Ridley didapuk menjadi pemeran utama yang memiliki trauma karena masa lalunya yang kelam.

The Marsh King’s Daughter mengisahkan tentang seorang ibu bersama dengan anaknya yang bernama Helena (Daisy Ridley) yang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan belantara yang terasing dari hiruk pikuk dunia luar. Pada awalnya, kehidupan mereka tampak damai dan baik-baik saja.

Hingga suatu hari, sebuah berita menampilkan liputan tentang sekelompok napi yang berhasil kabur saat dipindahkan dengan mobil tahanan. Salah satu dari napi tersebut adalah ayah dari Helena yang bernama Jacob (Ben Mendelsohn) atau biasa disebut Marsh King, seorang penjahat kejam yang sudah terkenal.

Sadar akan bahaya yang mengintai ibu dan anak tersebut, sang ibu bergegas untuk mengajak putrinya keluar dari tempat mereka tinggal karena kemungkinan besar, ayahnya akan mencari mereka. Mereka pun berupaya untuk keluar dari hutan belantara dengan bekal kemampuan bertahan hidup yang pernah diajarkan oleh ayah Helena sebelum dipenjara. Berhasilkah mereka?

Sejujurnya, The Marsh King’s Daughter memiliki salah satu plot thriller psikologis paling menarik yang pernah penulis tonton selama bertahun-tahun. Penulis sangat bersemangat untuk mendalami cerita yang memadukan ketegangan psikologis dengan inspirasi dari dongeng Hans Christian Anderson ini. Sayangnya, pengalaman menonton ini tidak sesuai dengan harapan.

Meskipun penulis masih dengan sepenuh hati mengagumi premis ambisius dan sudut cerita yang unik dari film ini, namun kurangnya pengembangan karakter dan kilas balik yang berlebihan sayangnya mengurangi ketegangan yang timbul, sehingga pada akhirnya membuat film ini kurang mencapai klimaks.

Bukanlah tugas yang mudah bagi Neil Burger selaku sutradara untuk menceritakan ulang dongeng klasik yang sukses tadi. Seperti yang sudah disinggung di awal, di mana penulis sangat terkesan dengan kemampuan sang sineas film ini dalam merangkai elemen dongeng menjadi sebuah film menegangkan dengan cara yang terasa otentik. Sudut pandang ini tentunya terasa segar dan menarik.

Yang paling menonjol dari film ini ialah penggambaran tentang pola pikir si tokoh utama. Dibesarkan di tengah hutan belantara, karakter Helena digambarkan sebagai karakter yang tidak menyadari bahwa dia telah ditawan hampir sepanjang hidupnya, sehingga membuat cara Helena dalam berinteraksi dengan dunia luar tentu saja menjadi cukup rumit.

Tumbuh di area terpencil, satu-satunya aturan yang dia tahu adalah aturan yang dibuat oleh ayahnya. Penggambaran sang sutradara yang sensitif dan bijaksana tentang bagaimana karakter utama kita berjuang untuk berintegrasi dan berasimilasi dengan budaya Amerika modern benar-benar menarik. 

Namun lagi-lagi, karena kurangnya pengembangan karakter pendukungnya, dalam hal ini ialah karakter sang ayah, maka pada akhirnya masih ada yang kurang dari film ini. Mungkin dapat dimengerti jika hubungan Helena dengan ayahnya sangat rumit, namun penulis tetap berharap bahwa sang sutradara dapat menggali lebih jauh lagi ikatan ini. Karena pasti masih ada begitu banyak substansi psikologis di sini. Tapi tetap saja, jika sobat nonton mencari tontonan berbau thriller, maka The Marsh King’s Daughter merupakan pilihan yang tepat!

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Venom: The Last Dance
Pantaskah Aku Berhijab
Keluar Main 1994
Heretic

COMING SOON

Penunggu Rumah: Buto Ijo
Tak Kenal Maka Taaruf
Lilo & Stitch
Ngunduh Jiwo