Review Ballerina: Film Action Stylish dengan Sajian Aksi yang Memukau
Semenjak namanya mulai meraih banyak perhatian dalam No Time to Die, para penikmat film dunia tahu bahwa Ana de Armas adalah sosok aktris yang gemar untuk memerankan karakter-karakter wanita kuat sekaligus tangguh dalam menghadapi berbagai konflik yang merintanginya.
Film terbarunya yang berjudul From the World of John Wick: Ballerina seakan mengukuhkan status di atas tadi. Film Ballerina sendiri lebih cocok disebut sebagai film yang berjalan dalam satu waktu yang paralel dengan waralaba John Wick, ketimbang menjadi sebuah film spin-off. Sedangkan dalam segi cerita, Ballerina coba mengambil setting waktu di antara film John Wick Chapter 3 dan John Wick Chapter 4.
Kisah dalam film Ballerina diawali dari sosok Eve Macarro (Ana de Armas), pebalet muda yang hidupnya berubah drastis usai sang ayah tewas dibantai oleh kelompok assassin misterius. Dalam kemarahan dan dendam, Eve yang telah dilatih oleh Ruska Roma (organisasi kriminal di Rusia), pergi mencari pembunuh keluarganya.
Ternyata kelompok pembunuh bayaran yang menghabisi keluarganya bukan dari organisasi biasa. Eve harus terhubung dengan beberapa organisasi pembunuh bayaran profesional dan assassin dari dunia bawah tanah termasuk John Wick (Keanu Reeves) dan Winston Scott (Ian McShane), pemilik Hotel Continental.
Bahkan, bos Ruska Roma sendiri, The Director (Anjelica Huston) juga memiliki rahasia tentang masa lalu Eve, terkait pemicu pembunuhan terhadap sang ayah. Eve pun lantas harus membuka satu per satu rahasia tergelap hidupnya dengan kekerasan dan keterampilan bertarung yang telah dipelajari.
Tidak seperti John Wick yang hadir dengan karakter sekaligus plot pengisahan yang cenderung minimalis, Ballerina tampil dengan penceritaan yang diisi dengan kehadiran banyak karakter serta deretan intrik yang cukup rumit. Dalam dua jam 4 menit durasi presentasi film ini, Len Wiseman selaku sutradara secara perlahan memaparkan karakter demi karakter dan intrik demi intrik yang telah digariskan oleh naskah cerita buatan Shay Hatten dan Derek Kolstad yang mampu membawa penontonnya ke dalam rasa penasaran dari pertanyaan siapa karakter yang harus dipercaya dalam film ini.
Memang tidak selamanya hal di atas tadi mampu berjalan dengan mulus. Pada beberapa bagian cerita, Ballerina terasa berjalan dengan ritme yang terlalu datar dalam menyajikan misterinya. Banyak karakter dan konflik yang tersaji juga kurang mampu untuk dihadirkan dengan pendalaman kisah yang lebih kuat. Beruntung, dengan kelihaian Len Wiseman dalam menggarap deretan adegan aksi yang memukau sekaligus daya tarik Ana de Armas yang kuat, Ballerina sama sekali tidak pernah terasa jatuh dalam kesan penceritaan yang membosankan.
Tidak hanya memperkuat garapan penampilan aksi film, sang sutradara juga melengkapi film ini dengan penampilan yang begitu stylish. Warna-warna terang neon, yang mungkin akan mengingatkan sebagian penonton kepada film-film arahan Nicolas Winding Refn, terus menghiasi banyak adegan film. Wiseman juga merangkai tiap adegan filmnya dengan deretan scoring apik gubahan Tyler Bates dan Joel J. Richard yang mampu menghasilkan lebih banyak energi pada narasi film ini.
Harus diakui, tampilan stylish yang diberikan Len Wiseman pada Ballerina terkadang akan mendistraksi sobat nonton dari deretan konflik pengisahan yang sedang berlangsung. Meskipun begitu, pilihan Wiseman untuk menjadikan filmnya tampil lebih hidup dan hangat, jelas bukanlah sebuah pilihan yang salah.
Overall, From the World of John Wick: Ballerina adalah sebuah presentasi aksi yang tidak mengecewakan. Mungkin tidak sesolid yang diharapkan, namun kemampuan pengarahan dari seorang Len Wiseman, serta hadirnya sosok Keanu Reeves di sini pastinya tetap mampu membuat film ini tampil lebih dari sekadar film aksi kacangan.