Review Conclave: Kualitas Dialognya Juara!!!
Ada prasangka bahwa para tokoh penting dalam suatu agama merupakan orang-orang yang tercerahkan. Mereka juga barangkali tidak menyukai hal-hal yang orang biasa gemari. Namun, Conclave berhasil mengisahkan bagaimana seorang pemimpin umat Katolik yang bernama Paus serta para penerusnya juga merupakan manusia biasa.
Conclave akan mengikuti perjalanan kardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes). Ia sedang mendapatkan tugas untuk menjalankan pemilihan Paus yang baru. Peristiwa ini terjadi usai Paus tercinta yang sebelumnya memimpin telah tutup usia.
Pemilihan Paus membuat para kardinal Katolik dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan. Mereka semua dikunci di aula Vatikan untuk memulai pemungutan suara calon Paus. Kardinal Lawrence mengawasi semua kardinal tadi saat pemilihan berlangsung.
Di tengah proses pemilihan yang memanas, kardinal Lawrence menemukan rahasia mengerikan mendiang Paus. Konspirasi itu berpotensi mengguncang fondasi Gereja Katolik. Ia menyadari harus segera mengungkap rahasia itu sebelum Paus baru dipilih. Rahasia apakah itu?
Sebagaimana pertunjukan teater, Conclave memang didominasi oleh tuturan verbal lewat perbincangan para figur Katolik yang dibungkus sinematografi indah garapan Stéphane Fontaine yang kadang tampak megah, meski sesekali juga menampilkan kekosongan serupa keadaan hati dari para protagonisnya.
Ya, salah satu kekuatan terbesar film ini memang terletak pada dialog yang dilontarkan oleh para penampil seniornya lewat kejelian luar biasa perihal memainkan dinamika tutur dan rasa. Selaku sutradara, Edward Berger cerdik mengambil beberapa ucapan karakternya yang bisa saja faktual di dunia nyata untuk ditempatkan secara sesuai sehingga melahirkan momen yang kuat.
Membahas sederet isu penting bahkan sensitif tak seketika menjadikan Conclave terasa serius atau berat, sebab Edward Berger juga menyelipkan peristiwa maupun ucapan menggelitik, yang membawa filmnya ke ranah satire. Tujuannya bukan semata untuk meringankan penceritaan, pun bertujuan untuk memanusiakan para karakternya.
So, jauh dari kata membosankan, Conclave justru memiliki alur cerita yang membangun emosi penonton dengan komposisi yang pas. Ada sentuhan humor ringan yang akan membuat sobat nonton tertawa di beberapa bagian. Ada pula momen hangat yang akan menyentuh hati kita akan para karakter "agung" ini. Dan pastinya momen serius dengan dialog yang intens dan akan membuat sobat nonton tegang. Semuanya dibawakan dengan alur naik turun yang pas dan membuat kita tidak akan mudah bosan.