Loading your location

Review Gowok: Kamasutra Jawa: Akting Ali Fikry Sukses Curi Perhatian

By Ekowi06 Juni 2025

Film Gowok: Kamasutra Jawa menjadi karya terbaru dari sutradara kenamaan Hanung Bramantyo. Diproduksi oleh Raam Punjabi lewat bendera MVP Pictures dan Dapur Films, film ini coba mengangkat tema yang cukup berani dan mendalam, mulai dari seksualitas, hingga kritik terhadap nilai-nilai patriarki yang masih kuat dalam budaya Jawa.

Kisah dalam film ini akan berpusat pada karakter Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok atau perempuan yang bertugas mengajarkan seni memuaskan pasangan kepada para bangsawan muda. Tradisi ini sendiri rupanya sudah ada sejak abad ke-15 dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sementara itu, Sejak bayi, Ratri (Alika Jantinia dan Raihaanun) telah diasuh dan dididik oleh Nyai Santi untuk meneruskan ilmu gowok. Ratri tumbuh menjadi perempuan cerdas dan menawan, namun hidupnya berubah saat jatuh cinta pada Kamanjaya (Devano Danendra), pria dari keluarga terpandang yang kemudian mengingkari janji pernikahan dan meninggalkan luka mendalam.

Dua puluh tahun kemudian, Kamanjaya (Reza Rahadian) muncul kembali dalam hidup Ratri bersama putranya, Bagas (Ali Fikry). Tanpa mengetahui masa lalu orang tuanya, Bagas justru jatuh cinta pada Ratri dan momen ini menjadi peluang bagi Ratri untuk membalas luka hatinya di masa lalu.

Untuk sampai ke konflik ceritanya, film ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama dengan pace yang juga cukup lambat. Beberapa bagian juga terasa bertele-tele dalam hal penceritaannya. Pengungkapan kebenaran yang disembunyikan pun terbilang telat dan serasa berkelit dengan usahanya menunjukkan efek domino dari sebuah sebab akibat.

Ada juga karakter yang tak memiliki signifikansi dalam perannya serta serasa hanya pajangan yang justru kehadirannya hanya berfungsi sebagai pemanjang durasi belaka. Meskipun begitu, nuansa dan atmosfer filmnya yang ditunjukkan melalui sinematografi sekaligus latarnya berhasil meyakinkan kita semua jika film ini berada di tahun tersebut dan tidak terasa dibuat-buat.

Para pemeran dalam film ini pun berhasil membawakan dialek Jawa yang cukup membuat kita percaya dan tak terdengar aneh, walaupun ketika bahasanya dicampur dengan bahasa Indonesia, dialek mereka mendadak hilang. Kredit juga patut disematkan pada aktor muda Ali Fikry yang berhasil mencuri perhatian sebagai Bagas. Tak berlebihan jika penulis menyebut bahwa kualitas perannya di babak akhir film bisa dibilang sebagai salah satu pertunjukan akting terbaik di tahun ini.

Jadi, bagi sobat nonton yang sedang mencari film yang mengangkat budaya yang telah terlupakan, dengan catatan sedikit mengesampingkan unsur seksual yang ada di dalamnya, maka film ini bisa menjadi pilihan yang tepat untuk dicoba. Namun tentunya, butuh kebijakan tambahan jika sobat nonton membawa anggota keluarga yang masih belia saat menonton film ini.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Maa
Komang
Lorong Kost
KAIJU NO. 8: MISSION RECON

COMING SOON

Ajian Maut
Timur
The Fantastic Four: First Steps
Aftermath (2024)