Review Materialists: Sajikan Romansa Sederhana yang Realistis
Dua tahun silam, sebuah film berjudul Past Lives seakan mampu membawa pengalaman sinematik yang begitu nyata, hingga ia mampu memunculkan tanya, "Apa yang akan dilakukan bila ada di posisi karakternya?". Lewat debutnya selaku sutradara sekaligus penulis naskah, Celine Song mampu menipiskan sekat pemisah antara karya dengan penikmatnya.
Kini, di karya terbarunya yang berjudul Materialists, Celine Song kembali berjanji akan memberikan pengalaman menonton yang penuh makna. Pasalnya, Materialists akan menawarkan kisah romantis yang menyentuh dan relevan dengan kehidupan masa kini dimana tokoh di dalamnya mengalami dilema cinta yang rumit namun nyata.
Film Materialists sendiri berfokus pada Lucy (Dakota Johnson), seorang mak comblang muda dan ambisius di kota New York. Setelah berhasil mempertemukan sembilan pasangan, Lucy kini dihadapkan pada dilema ketika harus memilih antara dua pria yang berarti dalam hidupnya. Harry Castillo (Pedro Pascal), seorang pengusaha tajir yang tampak seperti sosok pasangan sempurna, dan John (Chris Evans), mantan kekasih yang kembali mengisi hatinya dengan kenangan dan perasaan lama.
Pertemuan dengan kedua pria itu membuat Lucy terjebak dalam cinta segitiga yang rumit. Ia pun harus menghadapi perasaannya sendiri dan mempertimbangkan kembali pilihan hidupnya. Lantas, siapakah yang akan dipilih oleh Lucy?
Lagi-lagi, Kesederhanaan gaya tutur ditambah kepekaan sang pembuat terhadap manusia menjadi kunci kuatnya realisme dalam Materialists. Ya, filmnya enggan untuk meledak-ledak, bahkan di saat perjalanan hidup para tokohnya berjalan cukup dramatis.
Lalu, ketimbang mengikuti pakem romansa segitiga atau kisah CLBK, Celine Song seperti memilih untuk memanfaatkan formula genrenya untuk membentuk proses observasi terhadap beragam kondisi manusia. Pengadeganannya juga tak diisi oleh letupan. Sederhana. Alih-alih diledakkan, emosi dibiarkan merasuk dengan sendirinya, tatkala tanpa sadar kita semua sudah mengamini betapa nyatanya film ini dalam memotret realita.
Hal di atas tadi tentu saja karena didukung penuh oleh departemen akting yang sangat berjasa memanusiakan para jajaran karakternya. Tidak ada antagonis di film ini. Tidak ada "pengganggu" maupun "cinta yang dicuri". Hanya ada gambaran wajah realita yang penuh tanda tanya.
Overall, Materialists adalah sebuah realita yang berisi karakter-karakter yang tiada beda dengan manusia biasa seperti kita; mengunjungi tempat-tempat yang wajar dikunjungi manusia biasa seperti kita, kemudian mengalami situasi yang pernah dialami manusia biasa seperti kita.
Para karakter di film ini juga seakan mewakili kita semua, yang hanya bisa menggenggam erat masa lalu sebagai kenangan, berjalan mengarungi masa kini, sembari berharap bahwa masa depan bisa bersikap lebih ramah kepada diri kita.