Review Tak Ingin Usai Di Sini: Drama Percintaan yang Bikin Haru dan Kesal
Pada kisah-kisah percintaan, ada banyak alasan klasik yang bisa dijadikan konflik untuk memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai, entah itu masalah keluarga, status sosial, atau kematian. Tak Ingin Usai Di Sini, sebuah film terbaru karya Robert Ronny rupanya memilih elemen kematian sebagai alasan kedua tokoh utamanya harus melepaskan satu sama lain.
Tak Ingin Usai Di Sini bercerita tentang K (Bryan Domani) dan Cream (Vanesha Prescilla) yang telah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Hubungan keduanya sangat dekat hingga akhirnya memutuskan untuk hidup bersama, meskipun tidak terikat hubungan lebih dari teman.
K kemudian didiagnosa menderita penyakit mematikan. Ia harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk menjadi suami Cream. Namun, itu tak mematahkan semangatnya untuk membuat Cream bahagia.
K pun bertekad untuk mencarikan Cream lelaki baik yang menyayangi Cream sebesar cintanya padanya. Bertemulah ia dengan Armand (Rayn Wijaya), seorang lelaki mapan yang berprofesi sebagai dokter. Armand sedang patah hati akibat ditinggal pergi Vero (Davina Karamoy), kekasihnya. K menilai Armand adalah sosok calon suami yang tepat untuk Cream.
K lalu mulai mengenalkan Armand pada Cream. Kisah Armand dan Cream terjalin indah seperti yang diharapkan oleh K. Ia pun merasa puas karena telah mewujudkan salah satu list keinginannya sebelum meninggal, yaitu membuat Cream bahagia dengan lelaki yang menyayanginya.
Well, hampir di sebagian besar bagian dari film ini rupanya menceritakan tentang pengorbanan sepasang kekasih yang ingin saling membahagiakan satu sama lain, tetapi tanpa mereka sadari kalau cara mereka mengorbankan diri malah menyeret kesengsaraan bagi diri mereka sendiri.
Walaupun begitu, mungkin kisah cinta semacam ini memang benar-benar ada di kehidupan nyata di luar sana. Atau setiap orang bisa jadi merupakan tokoh utama seperti yang digambarkan dalam film ini. Cerita K dan Cream juga sedikit banyak akan mengingatkan kita semua tentang pengorbanan cinta ala Romeo dan Juliet, tetapi secara logika mereka juga bisa menjadi sepasang kekasih egois yang ingin menyempurnakan kisahnya dengan melibatkan kesengsaraan orang lain. Cara film ini meromantisasi pengorbanan tidak hanya membuat haru, tetapi juga berhasil membuat perasaan kesal.
Di luar dari drama ceritanya yang dibuat sendu, para aktor yang memerankan setiap karakter di film ini bisa dibilang melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bryan Domani dan Vanesha Prescilla sangat piawai membangun kedekatan sepasang manusia kasmaran yang bersembunyi dalam hubungan kekeluargaan. Kedekatan dan kecanggungan mereka sungguhlah pas sesuai porsi, mereka tidak tampak berlebihan, bahkan dalam adegan-adegan kunci seperti saat K mengantar Cream berjalan menuju altar di hari pernikahannya.
Secara keseluruhan, Tak Ingin Usai Di Sini memang masih mengandalkan premis generiknya dalam mengolah kisah cinta dan pengorbanan semacam ini. Belum ada pembaharuan besar, kecuali akting para tokohnya yang terasa matang dan sinematografinya yang sangat indah. Kedua poin ini bisa membuat film ini sedikit lebih unggul beberapa langkah ketimbang film-film romansa sejenisnya.