Review 65: Kisah Seorang Pilot yang Terdampar di Planet Bumi 65 Juta Tahun Lalu
Menonton dari trailernya, Film berjudul 65 ini mungkin sedikit banyak membuat sobat nonton berpikir bahwa film ini mirip dengan Jurassic Park (dengan sentuhan sci-fi!). Tidak salah memang, dengan hadirnya dinosaurus dalam trailernya memang sulit rasanya untuk melepas image dari film karya Steven Spielberg tersebut. Namun, apakah benar demikian?
65 berkisah tentang seorang pilot sekaligus astronot bernama Mills (Adam Driver) yang sedang ingin melakukan sebuah penerbangan. Jelang keberangkatan, segala persiapan telah dilakukan dengan amat baik agar tidak terjadi kesalahan selama penerbangan berlangsung.
Mills mengendarai pesawat jet tempur dengan teknologi super canggih. Sayangnya, pesawat tersebut mengalami gangguan sistem dan berujung pada sebuah pendaratan darurat. Namun, tempat yang dijadikan sebagai pendaratan tersebut rupanya merupakan planet bumi yang berlatar 65 juta tahun lalu.
Saat sedang menelusuri tempat tersebut, ia bertemu dengan salah satu penyintas bernama Koa (Ariana Greenblatt). Lantas, keduanya berusaha untuk bertahan hidup di tempat tersebut. Mereka pun harus melintasi medan tak dikenal yang penuh dengan makhluk prasejarah berbahaya untuk terus bertahan hidup.
Seperti yang sudah disinggung di atas, penulis amat yakin tidak sedikit penonton yang terkecoh dengan trailer film ini. Melihat materi promosi tersebut, pasti mengira 65 adalah sebuah suguhan film tentang survival yang penuh dengan adegan aksi yang memacu adrenaline.
Pada kenyataannya, 65 bukanlah film yang berfokus pada adegan aksinya, namun lebih kepada drama yang meliputi dua karakter utamanya. Jelas kita semua tidak akan menentang hal tersebut, justru jika ide dasar tersebut mampu dieksekusi dengan maksimal, film ini akan berkali lipat lebih bagus daripada film-film sci-fi yang hanya berfokus pada adegan aksi saja.
65 punya begitu banyak kandungan dalam ceritanya. Namun yang paling nyata, film ini rupanya ingin bercerita tentang bagaimana seorang manusia mampu menyikapi rasa takut terbesarnya. Bukan sebuah hal yag mengejutkan melihat duo sutradara Scott Beck dan Bryan Woods melakukan pendekatan itu, karena mereka memang sudah sering memasukkan berbagai hal yang sifatnya spiritual untuk kemudian dibungkus dengan berbagai metafora di film-film sebelumnya.
Metafora-metafora penuh kandungan filosofis macam itu juga terlihat dalam film 65 ini. Secara pribadi, penulis lumayan menyukai konsep filosofi dan metafornya yang tergelar sepanjang film, walaupun eksekusinya masih terasa jauh dari kata maksimal. Tidak ada momen drama yang sanggup menyokong dan memaksimalkan kandungan filosofi dan metafora yang ada dalam film ini. Semuanya terkesan hanya berupa ide dasar, tidak lebih.
Oke, drama yang menjadi sajian utama berakhir dengan datar. Tapi, 65 masih akan dapat tertolong andaikan duo sutradara film ini sanggup menyelipkan adegan aksi yang spektakuler di beberapa momen. Namun entah karena kekurangan bujet atau karena keputusan kreatif lainnya, hampir semua adegan aksinya terasa sangat biasa. Jadilah 65 makin membosankan.
Jika drama dan adegan aksinya sudah gagal tampil maksimal, maka tinggal satu unsur lagi yang bisa diharapkan dari film sci-fi blockbuster seperti ini, yaitu efek CGI yang memukau. Namun lagi-lagi entah karena dua faktor di atas tadi, penulis pun kembali dikecewakan. Gambaran alamnya tidak buruk, tapi jelas tidak kreatif. Coba bayangkan bisa seliar apa imajinasi kita membayangkan Bumi 65 juta tahun yang lalu. Mungkin ada efek sesuatu yang merusak dan memberikan dampak pada berubahnya Bumi dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan gambaran hewan buasnya (ya, dinosaurus!) yang jauh dari kata imajinatif.
Pada akhirnya, jelas sangat berlebihan untuk menyatakan bahwa 65 adalah sebuah presentasi yang gagal. Pun begitu, tidak dapat disangkal bahwa 65 masih tereksekusi dengan cukup lemah. Namun, ada baiknya kita semua masih memberikan harapan pada Scott Beck dan Bryan Woods agar ke depannya mereka dapat menelurkan karya monumental kembali, seperti saat mereka menulis salah satu film sci-fi horor terbaik yang berjudul A Quite Place pada tahun 2018 silam.