Review John Wick: Chapter 4: Film John Wick Terbaik!
Tak ada yang pernah menyangka bahwa John Wick, sebuah film action keluaran tahun 2014 yang membawa kembali nama Keanu Reeves setelah gagal di beberapa film pasca The Matrix sebagai bintang aksi kelas satu Hollywood, akan punya gaung sebesar ini. Kelihatan sebagai sebuah film kecil, namun karena gelaran aksinyalah yang akhirnya membuat film tersebut memperoleh tepuk tangan meriah dari kritikus dan para penggemar genre-nya.
Masih dipegang kendalinya oleh Chad Stahelski dan David Leitch yang kini cukup menempati kursi produser sejak film keduanya, serta skrip yang tetap dibesut oleh Derek Kolstad bersama Shay Hatten dan Michael Finch, hal terbaik dari John Wick: Chapter 4 kali ini adalah mereka tahu betul ke mana sekuel ini akan dan harus dibawa.
Kisah John Wick: Chapter 4 dimulai saat John Wick (Keanu Reeves) tengah mempersiapkan diri untuk balas dendam setelah ia ditembak oleh Winston Scott (Ian McShane) dari atap The Continental New York dan jatuh dari ketinggian. John Wick yang berstatus Excommunicado itu kemudian mencari salah seorang petinggi High Table.
Meski sudah diperingatkan bahwa dengan membunuh orang tersebut tak akan mengubah keadaan, John tetap menarik pelatuknya. Kondisi itu berdampak luas, termasuk kepada Winston yang membuat posisinya dilema setelah mendapatkan surat dari salah satu anggota High Table, Marquis Vincent de Gramont (Bill Skarsgård).
Marquis menjadi anggota yang arogan setelah mendapatkan kekuasaan serta dukungan penuh dari dewan High Table dengan taktik meyakinkan dewan bahwa dirinya bisa menangkap John Wick yang berstatus Excommunicado. Lantas, berhasilkah Marquis dalam mengemban amanat High Table untuk melenyapkan John Wick?
Dari sinopsis singkat di atas, tak sulit bagi sobat nonton untuk menerka seperti apa akhir ceritanya. Namun, kehebatan jajaran penulis naskah seri John Wick justru terletak pada bagaimana mereka mengolah cerita sederhana soal “mengejar dan dikejar” sembari menyelipkan keping-keping yang melengkapi latar dunianya di sepanjang perjalanan tersebut.
Elemen unik di atas tadi masih dapat ditemui di film ini, dari diharuskannya para karakter mematuhi kode moral yang acap kali menimbulkan situasi kompleks, detail di balik layar mengenai bagaimana prosedur organisasi dijalankan, sampai pengenalan para villain yang memperkaya tatanan organisasi High Table.
Seri John Wick memang menciptakan latar di mana para pembunuh dituntut untuk mematuhi kode etik, dan itu membentuk kepribadian mereka menjadi mesin pencabut nyawa berdarah dingin namun tetap bermartabat. Sisi tersebut dimanfaatkan oleh tim penulis naskah untuk mengkreasi interaksi menarik berisi baris dialog kaya nan filosofis yang merepresentasikan dua wajah karakternya. Kata-kata mereka boleh terdengar bermartabat (ancaman membunuh terdengar semanis ucapan customer service ke pelanggan), tapi mereka tetap individu dunia hitam bengis yang memandang nyawa begitu murah dan tak ragu menerapkan cara kotor demi mencapai tujuan.
Sayangnya, jika film pertama berfungsi memperkenalkan karakter serta dunianya, sementara film kedua dan ketiga bertujuan untuk memperkaya hal tersebut, nah kali ini segala detail tadi seolah hanya sebagai pernak-pernik belaka tatkala alurnya urung bergerak ke mana-mana. John Wick: Chapter 4 hanyalah pengulangan karena kita sudah pernah melihat John diburu, tersudut, dan dikhianati.
Akan tetapi, saat menonton rangkaian seri John Wick di layar lebar, memang tak ada ekspektasi yang lebih tepat selain mendamba kegilaan pertarungan fisiknya. Betapa tidak, sejak menit pembuka yang menyoroti pada pelarian John Wick, Chad Stahelski selaku sutradara nyaris tak memberikan ruang bagi penonton untuk menghela nafas.
Stahelski tak pernah kekurangan ide untuk membuat setiap pertarungan memiliki daya hentaknya masing-masing, baik dalam skala kecil maupun set piece yang menuntut sobat nonton agar tak memalingkan pandangan dari layar walau hanya sebentar. Percayalah, adegan aksi yang mengambil setting di Arc de Triomphe serta pertarungan di ratusan anak tangga menuju ke Basilika Sacré Cœur Prancis dalam film ini akan menjadi salah dua sekuen aksi terbaik di dekade ini!
Chad Stahelski yang dibantu oleh penata kamera Dan Laustsen pun tetap setia mempertahankan gaya yang membuat seri ini dicintai penonton, yakni berupa keengganannya untuk menyembunyikan detail melalui teknik quick cut, karena sebagian besar sekuen fighting-nya diambil secara long take.
Dengan digdayanya pencapaian adegan-adegan aksi berikut koreografi inovatif tadi, plus durasi filmnya yang tanpa kompromi pula, satu yang akan diingat oleh para pecinta seri ini, bahwa John Wick: Chapter 4 akan menjadi chapter terbaik dari semesta pengisahan John Wick.
Benar jika ada yang mengatakan bahwa film-film aksi terbaik memang seringkali lahir dari seorang mantan stunt man/stunt coordinator yang beralih profesi menjadi seorang sutradara film, dan Chad Stahelski adalah salah satu buktinya. Jadi, lupakan semua aspek lain, dan nikmati setiap dentuman peluru dari film aksi terbaik di tahun 2023 ini!