Loading your location

Review Suzume: Suguhkan Visual Cantik, Tapi Minim Rasa

By Ekowi09 Maret 2023

Suzume no Tojimari seolah merupakan perwujudan ambisi besar seorang Makoto Shinkai, yang pasca kesuksesan Your Name meraup $361 juta tiga tahun lalu, dirinya mungkin merasa mampu dan/atau perlu membuat sesuatu yang lebih besar, baik dari segi cerita, usungan pesan, hingga elemen fantasi. Ambisi itu sayangnya hadir prematur, sehingga meski tetap merupakan sebuah parade visual cantik, Suzume sayangnya kehilangan sentuhan magis serta keintiman yang selalu menghipnotis dalam karya-karya Makoto sebelumnya.

Suzume no Tojimari sendiri berkisah tentang seorang remaja 17 tahun bernama Suzume yang tinggal disebuah kota tenang di Kyushu. Kehidupannya perlahan mulai berubah setelah dirinya bertemu dengan Souta, seorang pria muda yang sedang mencari sebuah pintu. Suzume lalu teringat akan sebuah pintu tua yang pernah ditemukannya di tengah reruntuhan. Pintu tersebut tetap berdiri tegak seolah terlindung dari bencana apapun yang terjadi dan menghancurkan sekelilingnya.

Penasaran dengan pintu tersebut, Suzume kemudian mencoba meraih kenop pintu itu. Siapa sangka jika rasa penasarannya justru membawa petaka kehancuran. Souta lalu ingin mencoba memperbaiki keadaan dengan membantu Suzume untuk menutup portal tersebut agar terhindar dari bencana besar.

Pada dasarnya, Suzume no Tojimari masih menyimpan formula kegemaran Makoto Shinkai yang masih mengagumi alam semesta, yakni terkait bagaimana fenomena (abnormal) alam mampu mempengaruhi fenomena paling misterius dalam hidup manusia: cinta. Dibungkus visual yang nyaris menyentuh ranah fotorealistik, Makoto menciptakan dunia di mana pancaran sinar matahari dari balik awan merupakan anugerah indah yang melahirkan kebahagiaan.

Di ranah penulisan, Makoto masih lihai mengkreasi karakter dengan kemampuan mencuri hati. Karakter Suzume bukan hanya sekadar mengembalikan cahaya ke bumi Tokyo, namun ia pun seolah memang bercahaya. Sesosok gadis ceria yang tidak hanya memantik semangat Souta, juga menghembuskan nyawa bagi filmnya.

Sayangnya, penulisan alur Makoto kali ini tidak sekuat penokohannya. Dia terlampau berambisi memasukkan unsur-unsur besar guna melebarkan cakupan cerita, yang berujung melucuti keintiman romansa. Film ini bukan lagi tentang hubungan dua insan semata tatkala konflik turut melibatkan subplot-subplot lain, seperti misalnya kritik terkait perubahan iklim yang dipicu ulah manusia.

Makoto nampak kerepotan menangani ambisinya sendiri, sehingga banyak elemen penceritaan dibiarkan menggantung tanpa penjelasan. Seperti soal isu perubahan iklim tadi, Makoto tidak pernah secara tegas melempar kritik tersebut secara gamblang, yang menjadikan konklusinya salah tempat sekaligus melucuti dampak emosi. Ya, bisa dikatakan jika Suzume no Tojimari adalah parade visual cantik khas Makoto Shinkai, hanya saja kali ini minim rasa.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Bila Esok Ibu Tiada
Petak Umpet
Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Amazon Bullseye

COMING SOON

Pelangi Di Mars
Ketindihan
Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga
Shark Season