Review 1 Kakak 7 Ponakan: Suguhan Bertema Keluarga yang Hangat untuk Ditonton
Satu lagi film Indonesia terbaru yang akan mengangkat tema keluarga. Film tersebut berjudul 1 Kakak 7 Ponakan yang merupakan hasil kolaborasi dari dua rumah produksi ternama, Mandela Pictures dan Cerita Films. Film ini sendiri disutradai oleh Yandy Laurens yang dikenal lewat film adaptasi Keluarga Cemara dan Jatuh Cinta Seperti di Film-Film.
Film 1 Kakak 7 Ponakan akan berkisah tentang kehidupan Moko (Chicco Kurniawan). Kehidupan Moko berubah drastis setelah kakaknya meninggal dunia. Di rumah, Moko pun tiba-tiba harus menjadi orangtua tunggal bagi para keponakan-keponakannya.
Ketika kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik muncul, dia harus memilih antara kehidupan cintanya, karier atau keponakan-keponakannya. Lantas, mana yang akan dipilih oleh Moko?
Pilihan Yandy Laurens untuk tidak sepenuhnya berpangku pada esensi nostalgia dari serial televisi 1 Kakak 7 Ponakan dalam membangun rangka cerita film ini jelas layak diberikan kredit lebih. Tentu, karakter Moko serta beberapa karakter pendukung familiar lain masih dihadirkan dengan kisah dan karakterisasi yang tidak terlalu berbeda.
Namun, dengan infusi dari linimasa pengisahan yang kini menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, karakter-karakter di atas tadi kini tampil dengan lebih banyak warna dan lapisan emosi. Tidak lagi sekadar karakter-karakter yang tangguh dan sabar dalam menghadapi berbagai tantangan yang hadir dalam kehidupan mereka, pengolahan cerita yang dilakukan oleh Yandy juga menggambarkan esensi sederhana dan intim dalam mengelola jalinan komunikasi yang muncul antara setiap karakter.
Beberapa konflik dalam linimasa cerita film ini memang hadir dengan kadar pengolahan yang kurang matang atau repetisi dari beberapa konflik yang telah disajikan sebelumnya sehingga dapat saja dibuang untuk mempersingkat durasi presentasi cerita. Meskipun begitu, melalui tangan dingin Yandy Laurens, 1 Kakak 7 Ponakan tetap mampu dikemas bahkan setiap sudut cerita terlemahnya menjadi sebuah tampilan cerita yang kuat dan hangat.
Fokus yang lebih banyak pada karakter Moko sekaligus pergerakan emosionalnya berhasil dikembangkan dengan baik sekaligus tidak serta merta membuat Yandy melupakan karakter-karakter lain dalam penceritaan ini. Setiap karakter berhasil diberikan ruang pengisahan masing-masing yang mampu menciptakan kedinamisan pengisahan yang kuat dalam presentasi kisah 1 Kakak 7 Ponakan ini.
Yandy Laurens juga memiliki kemampuan yang handal dalam mengemas filmnya dengan tampilan teknikal yang meyakinkan. Pilihan lagu-lagu yang dihadirkan di sepanjang pengisahan film mampu bersanding tepat dengan tata musik arahan Ofel Obaja dalam memberikan galian emosional yang lebih mendalam, namun jauh dari kesan orkestrasi yang mendayu-dayu nan cengeng. Begitu pula dengan penataan kamera yang menghantarkan gambar-gambar dengan nuansa warna yang lembut dan nyaman untuk disaksikan.
Pada akhirnya, bukan suatu hal yang sukar untuk merasa jatuh cinta dengan apa yang disajikan oleh film ini. Yandy Laurens dapat saja memilih untuk menjadikan film ini sebagai sebuah tearjerker murahan yang mengandalkan berbagai tantangan dan kesedihan yang dialami oleh karakter-karakternya guna memancing reaksi emosional penonton. Namun, Yandy lebih memilih untuk mengemas 1 Kakak 7 Ponakan menjadi sebuah presentasi kisah keluarga yang bercerita secara apa adanya namun terasa begitu familiar dan hangat untuk ditonton.