Review Pembantaian Dukun Santet: Film Horor Seru dengan Elemen Sadis yang Bikin Ngeri
Sebagian besar dari kita semua pastinya memiliki keahlian, entah disadari maupun tidak. Keahlian itu pula yang kemudian digunakan untuk kepentingan dari tiap-tiap pemiliknya, walau memang kemampuan yang hebat akan mendatangkan ancaman yang tak kalah besar pula. Sekilas, premis tersebut hadir dalam film berjudul Pembantaian Dukun Santet yang saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop.
Pembantaian Dukun Santet berkisah di era 1990-an kala Satrio (Kevin Ardilova) menjalani kehidupan sebagai santri di sebuah pondok pesantren di Banyuwangi. Namun, masa remajanya berubah drastis ketika ia menjadi saksi mata dari tragedi mengerikan yang membuatnya diliputi rasa takut dan trauma mendalam.
Empat ustadz yang sehari-hari mengajar di pesantren tempat Satrio menuntut ilmu, dibunuh secara brutal oleh sekelompok pria misterius yang mengenakan pakaian serba hitam dan penutup wajah seperti ninja. Para pelaku menganggap para korban merupakan dukun santet, meski tak ada bukti kuat yang mendasarinya karena hanya berdasarkan kecurigaan dan fitnah yang tersebar di masyarakat.
Melihat kekacauan yang terus meluas, Satrio terdorong untuk mencari tahu siapa sebenarnya otak di balik tragedi berdarah ini. Dalam penyelidikannya secara diam-diam, ia menemukan sebuah rahasia kelam yang berkaitan dengan keluarganya sendiri. Rahasia apakah itu?
Film ini sendiri memang mengusung fokus tentang bagaimana orang-orang dengan ilmu hitam akan mudah dikucilkan oleh masyarakat. Salah satu dasar yang mengukuhkannya adalah isu dukun santet yang sempat marak antara tahun 1998-2000, mengenai dukun yang dibantai di daerah Jawa Timur. Tak hanya itu, perlakuan masyarakat yang mengiringinya juga membuat film ini terasa masuk akal dengan konteks tersebut. Itu yang membuat film ini mungkin tampak existent di sekitar penonton.
Sebagai sebuah sajian horor, Pembantaian Dukun Santet juga cukup berhasil dalam menyajikan kengerian bagi penontonnya. Film ini banyak bermain dengan “hantu-hantuan” sebagai objek pembawa ketakutan di seiring durasinya. Walau memang formula menakutinya mulai mengendur kala mendekati akhir film, elemen sadis yang diusung oleh Azhar Kinoi Lubis ini tetap membuatnya sebagai sebuah sajian seru dan menjadi pembeda dibanding horor agamis lainnya yang cenderung bermain aman.
Dari segi teknis, ada plus minus yang tersaji pada film ini. Set design tentunya menjadi hal terbaik dari film ini. Kisah yang berlatar urban di satu daerah saja pada tahun akhir 90-an berhasil dibangun dengan apik, ditambah dengan color tone sebagai pendukungnya. Namun, lain halnya dengan penggunaan special effects yang terasa masih kurang halus, membuat pemeran dan latar belakangnya tampak tidak menyatu pada beberapa scene.
Narasinya juga masih memiliki beberapa kelemahan. Film ini seperti mau membahas banyak hal, dari pembantaian dukun santet, pembahasan dukun berkedok ustad, hingga mitos tumbal bayi. Tapi hal-hal tadi sayangnya tidak diberi ruang sama sekali untuk dieksplor dan malah lebih fokus ke horor whodunit yang bagi beberapa penonton pasti akan mudah terbaca siapa pelakunya.
Pada akhirnya, dengan premis sosial yang seharusnya menggugah, Pembantaian Dukun Santet masih terlampau sederhana dalam menyampaikan pesannya yang cukup kuat. Namun, jika sobat nonton merupakan penikmat wahana parade jumpscare, maka film ini cocok untuk dinikmati.