Review Rider: Horor-Komedi yang Lucu, Seru, Seram, dan Menyenangkan
Setelah belum lama ini pecinta film disuguhi oleh komedi asal Thailand berjudul 404 Run, kini bersiaplah karena kita akan kembali disuguhi oleh film sejenis yang berjudul Rider. Film Rider sendiri merupakan comeback dari aktor Thailand Mario Maurer setelah terakhir kali membintangi film bergenre horor pada tahun 2016 silam lewat film Take Me Home.
Rider sendiri bercerita tentang tiga sahabat karib yang berprofesi sebagai driver ojek online. Mereka terdiri dari Nat (Mario Maurer), Suea Yot (No Phuwanet Seechompu), dan Na Kai (Djart Marut). Sebagai driver ojek online, mereka siap melayani pengantaran ke mana saja, kapan saja, dan tidak pernah membatalkan pesanan yang diterima.
Hingga suatu hari, Nat si driver tampan bertemu dengan Pai (Freen Sarocha), seorang perempuan cantik yang menawan pula hatinya. Pertemuan tersebut terjadi secara tidak sengaja saat Nat memperbaiki ponselnya di tempat servis hp milik Pai. Nat jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Pai dan berusaha mendekati gadis tersebut setiap hari. Namun, sebelum hubungan mereka terjalin, Pai tiba-tiba menghilang secara misterius. Bersama kedua temannya yakni Suea Yot dan Na Kai, Nat pun mencari keberadaan Pai.
Pencarian mereka tidak berjalan mudah, sebab semakin mereka mencari banyak gangguan horor yang mereka alami. Ditambah lagi, GPS misterius dengan lokasi-lokasi menyeramkan terus muncul, seolah memberi petunjuk yang berkaitan dengan hilangnya Pai. Lantas, berhasilkah mereka menemukan jejak Pai? Dan siapakah sebenarnya Pai?
Well, menonton Rider terasa seperti sedang mengunjungi wahana rumah hantu. Jumpscare demi jumpscare menyerang tanpa henti, yang ada kalanya membuat pengunjung terkejut bahkan takut, tapi tak jarang pula memancing tawa. Seru, menyenangkan, walau di satu titik bakal terasa melelahkan akibat kesan monoton dari amunisinya. Benar-benar bak visualisasi rumah hantu.
Tak lupa, Rider mempersenjatai diri dengan humor absurd khas sinema Thailand, tapi tetap rutin melempar teror. Nah, jika sobat nonton termasuk penyuka gaya komedi sekaligus horor semacam itu, sobat nonton akan dibuat tertawa lepas sekaligus terperanjat berulang kali. Menariknya, pengadeganan sang sutradara mampu membuat barisan momennya terasa menggelitik sekaligus menyeramkan secara bersamaan.
Kuncinya adalah, Nitivat Cholvanichsiri selaku sutradara tidak berupaya untuk menyulap peristiwa mengerikan tadi menjadi konyol. Kejutan demi kejutan dibiarkan sebagaimana adanya. Reaksi trio karakter utamanya yang dibawakan dengan comic timing luar biasa oleh para aktornya kala menyaksikan pemandangan horor itulah yang digiring ke ranah komedi.
Sejatinya, alur dalam film Rider ini menyimpan pokok bahasan menarik seputar proses merelakan, baik dalam konteks romansa maupun sesuatu yang lebih general. Naskahnya mengusung sudut pandang realistis, tentang bagaimana ada kalanya mimpi gagal diwujudkan meski usaha maksimal telah dikerahkan. Walau demikian, alurnya tetap terasa tipis karena poin-poin di atas baru dieksplorasi menjelang akhir.
Pada akhirnya, sinema Thailand tetaplah sinema Thailand, yang walaupun berulangkali memang formula yang sama di setiap genrenya, tapi kita sebagai penonton tetap dibuat terhibur oleh formula tersebut. Sebuah contoh yang patut ditiru oleh sineas-sineas lokal kita saat melahirkan sebuah karya film.