Review You Are the Apple of My Eye: Suguhkan Kisah Cinta Pertama yang Indah
Bulan Februari tentunya identik dengan hari kasih sayang atau Valentine, di mana banyak orang akan mengungkapkan perasaannya ke sosok yang ia cintai. Banyak juga film romansa percintaan yang membalut bulan Februari ini.
Meromantisasi suatu hubungan rasanya hal wajar untuk pasangan yang sedang dimabuk cinta. Akan tetapi, perasaan cinta sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata. Sama seperti film yang satu ini.
You Are the Apple of My Eye sendiri merupakan remake dari sebuah film hits produksi Taiwan yang dirilis pada tahun 2011 lalu dengan judul sama. Kepopulerannya membuat film tersebut meraup keuntungan hanya dalam waktu singkat. Kemudian, pada bulan Juni tahun 2024, versi Koreanya mulai diproduksi dengan arahan dari sutradara Cho Young-myoung dan siap dirilis di Indonesia mulai pekan ini.
You Are the Apple of My Eye akan mengajak sobat nonton menyelami kisah romansa nostalgia cinta pertama. Mengambil latar waktu 2000-an, film ini mengikuti kisah seorang siswa SMA bernama Jin-woo (Jung Jin-young) dan teman-temannya yang sama-sama berada di puncak masa pubertas, dan mengalami lika-liku masa remaja yang menyenangkan sekaligus menyedihkan.
Meski memiliki minat dan masalah masing-masing yang harus dihadapi, mereka memiliki satu kesamaan, yakni terpesona dengan Seon-ah (Dahyun TWICE), siswi teladan yang anggun dan cantik di SMA mereka. Meskipun berada di kelas yang sama, Seon-ah tampak terlalu sempurna dan mustahil untuk bisa didekati.
Awalnya, Jin-woo satu-satunya yang mengaku tidak suka dengan Seon-ah. Akan tetapi, seiring waktu, dia tidak bisa membendung perasaannya dan mengakui bahwa Seon-ah adalah cinta pertamanya.
Jin-woo berusaha untuk mengumpulkan keberanian untuk mengakui perasaannya kepada cinta pertamanya yakni Seon-ah. Apalagi, Jin-woo dan Seon-ah sangat bertolak belakang dalam segala hal, termasuk nilai, kepribadian, dan prestasi akademis.
Meski demikian, perbedaan itu justru membuat Jin-woo dan Seon-ah menjalin hubungan yang erat dengan menghargai karakter unik masing-masing dari mereka. Hingga akhirnya hubungan keduanya pun harus melewati fase-fase penuh tantangan di sekolah menengah.
Lantas, apakah Jin-woo dan Seon-ah dapat bersatu? Atau justru harus menyerah dengan keadaan?
Bisa dibilang, chemistry antara Jin-young dan Dahyun adalah salah satu kekuatan utama film ini. Mereka berhasil menggambarkan dinamika cinta pertama yang penuh kehangatan dan kecanggungan. Hubungan mereka terasa alami, mulai dari pertengkaran kecil, momen-momen manis, hingga ketegangan emosional yang muncul saat mereka mulai menyadari perasaan masing-masing.
Salah satu elemen lainnya yang menonjol dalam film ini adalah penggambaran masa muda yang begitu relatable. Film ini mampu menangkap kegembiraan, kebodohan, dan kesalahan yang sering terjadi selama masa sekolah. Momen-momen kecil seperti bercanda dengan teman sekelas, menyalin pekerjaan rumah, hingga rahasia yang dibagikan hanya dengan orang tertentu memberikan sentuhan otentik pada cerita.
Namun, yang membuat You Are the Apple of My Eye terasa begitu mengena adalah pesan emosionalnya tentang cinta pertama. Film ini menunjukkan bahwa cinta pertama tidak selalu berakhir bahagia, tetapi tetap memiliki tempat istimewa di hati setiap orang. Meskipun Jin-woo dan Seon-ah saling menyayangi, mereka akhirnya harus menghadapi kenyataan bahwa cinta saja tidak selalu cukup untuk mempertahankan suatu hubungan.
Sinematografi film ini juga patut diapresiasi. Latar belakang sekolah, musim semi yang indah, dan pemandangan kota kecil sanggup memberikan nuansa nostalgia yang kuat. Penggunaan cahaya alami dan komposisi sederhana juga menciptakan suasana yang hangat dan menyentuh, yang pada akhirnya memperkuat pengalaman emosional penonton.
Meski begitu, bagi sobat nonton yang sudah akrab dengan versi aslinya, mungkin akan merasa bahwa adaptasi ini kurang memiliki kedalaman emosional yang sama. Beberapa adegannya terasa dipercepat, sehingga tidak memberikan ruang yang cukup untuk membangun ketegangan emosional. Selain itu, alur cerita yang terlalu mirip dengan versi tahun 2011 serta beberapa film remake-nya mungkin saja akan membuat beberapa momen terasa kurang segar lagi.
Namun begitu, keunggulan terbaru ini terletak pada kemampuan sang sutradara untuk memberikan pendekatan yang berbeda melalui budaya dan setting Korea. Meskipun ceritanya bisa dikatakan hampir sama, akan tetapi sobat nonton dijamin akan tetap dapat merasakan perspektif baru melalui cara karakter berinteraksi dan bagaimana nilai-nilai lokal tercermin dalam cerita.
Secara keseluruhan, You Are the Apple of My Eye versi anyar ini adalah sebuah film yang indah yang mengangkat tentang cinta pertama serta nostalgia masa muda. Meski tidak sepenuhnya lepas dari bayang-bayang versi aslinya, adaptasi ini tetap layak untuk ditonton, terutama bagi mereka yang ingin merasakan kembali manis-pahitnya cinta pertama.