Review Rego Nyowo: Suguhkan Ketegangan Intens dari Awal hingga Akhir
Satu film horor baru diklaim terinspirasi dari kisah nyata. Rego Nyowo, film besutan sutradara kawakan Rizal Mantovani ini memang diadaptasi dari utas viral di Twitter yang berjudul Kosan Berdarah karya Kelanara Studio. Naskahnya sendiri lalu dikembangkan oleh penulis skenario Riheam Junianti.
Film Rego Nyowo berkisah tentang Lena (Sandrinna Michelle), seorang mahasiswi yang memulai kehidupan barunya di Malang, Jawa Timur. Namun ia tak sendirian, karena ditemai oleh sang kakak, Benhur (Ari Irham). Mereka menemukan kos yang nyaman milik pasangan ramah, Bu Astri (Diah Permatasari) dan Pak Wiryo (Erwin Moron).
Kos itu pun tampak sempurna. Suasananya yang hangat, lingkungannya tenang, dam tarifnya yang relatif terjangkau bagi kalangan mahasiswa. Ibu kosnya juga sangat baik. Setiap akhir pekan, Bu Astri selalu mengundang seluruh penghuni kos untuk makan malam bersama. Anak-anak kos, yang rata-rata perantau dari luar kota, tentu merasakan suasana kekeluargaan yang menyenangkan.
Namun, di balik semua sikap hangat itu, ada niatan terselubung. Sebuah rahasia gelap perlahan-lahan akan terungkap di rumah kos tersebut. Rahasia apakah itu?
Seperti jamaknya produksi dari PH Hitmaker Studios, Rego Nyowo pun terlihat megah. Sebuah horor yang mahal. Tapi, sayangnya, kantong tebal tersebut nyatanya tak membuatnya peduli pada detail. Sebaliknya, film garapan Rizal Mantovani ini seolah bersikap peduli setan hingga terkesan mengerdilkan para penontonnya.
Layaknya film-film beraroma "Jawakarta" lain, bukan cuma tokoh utamanya yang kacau dalam berbahasa, melainkan jajaran pemeran pendukungnya pun demikian. Kenapa filmnya enggan memilih orang Jawa tulen guna memerankan karakter pendukung yang notabene tak memberi dampak finansial berarti? Naskah buatan Riheam Junianti pun pastinya turut bertanggung jawab pada kekacauan tata bahasa tersebut.
Di kursi penyutradaraan, Rizal Mantovani dengan kemampuannya merangkai gambar cantik memang partner sempurna bagi Hitmaker Studios. Dibantu oleh sinematografi arahan Enggar Budiono serta musik gubahan Ricky Lionardi, Rizal seperti memastikan bahwa seluruh adegannya memancarkan kesan megah. Tapi seperti biasa pula, Rizal langsung kehilangan taring tatkala dihadapkan pada tugas mengemas teror.
Melanjutkan tradisi karya-karya Hitmaker Studios sebelumnya, film ini juga kembali mengandalkan parade gore yang dikemas begitu generik oleh sang sutradara. Minim kreativitas. Dan jika membicarakan sadisme, kadarnya pun tidaklah mencengangkan. Belum lagi ketiadaan set-up yang membuat kesadisan tersebut terkesan numpang lewat semata.
Overall, bagi sobat nonton yang sedang mencari film horor dengan ketegangan intens dari awal hingga akhir, film ini mungkin akan terasa membosankan. Namun, bagi kalian yang penasaran ingin melihat visual hantu pocong yang menjulurkan lidah panjangnya dan membentuk seperti tengkorak, maka film Rego Nyowo layak untuk dicoba.